Wiku Adisasmito Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan sebanyak 79,3% atau 408 dari 514 kabupaten/kota memiliki kasus aktif antara 0 – 100 kasus.
“Sebagian besar kabupaten/kota memiliki kasus aktif di bawah seratus. Yang berarti bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia memiliki kasus aktif yang tidak banyak,” katanya di Jakarta, dilansir dari covid.go.id, Sabtu (31/10/2020).
Wiku bilang, untuk perkembangan kasus aktif, sebanyak 18,2% atau 94 kabupaten/kota memiliki kasus aktif antara 101 – 1000 kasus. Sebesar 2,3% atau 12 kabupaten/kota memiliki kasus aktif di atas 1000 kasus. Menurutnya, jumlah kabupaten/kota yang memiliki kasus aktif di atas 1000 kasus tersebut yang perlu diwaspadai.
Pada kasus meninggal, sebesar 63,2% atau 325 kabupaten/kota memiliki kematian 0 – 100 kasus. Sebesar 31,7% atau 163 kabupaten/kota memiliki kasus kematian antara 11 – 100 kasus. Dan 5,06% atau 26 kabupaten/kota memiliki kematian lebih dari 100 kasus.
“Ini artinya lebih dari setengah wilayah di Indonesia memiliki angka kematian yang sedikit. Namun perlu diingat, satu kematian saja terbilang nyawa,” tegasnya.
Lalu pada kasus sembuh, sebesar 57,6% atau 276 kabupaten/kota memiliki kesembuhan di atas 75%. Bahkan Wiku menyebut ada kabupaten/kota yang memiliki tingkat kesembuhan mencapai 100%. Dilanjutkan, sebesar 37,5% atau 193 kabupaten/kota memiliki kesembuhan antara 25 – 75 persen. “Satgas sangat prihatin, ternyata masih ada 13 kabupaten/kota atau 2,5 persen, masih memiliki kesembuhan sangat rendah, yaitu kurang dari 25 persen,” ia menyayangkan.
Menurutnya secara umum, kabupaten/kota dengan jumlah kasus aktif dan kasus meninggal terbanyak adalah kabupaten/kota besar dan padat penduduk. Hal ini ini jadi tantangan dalam menjalankan sektor sosial ekonomi, namun tetap menekan penularan. Sedangkan untuk kasus sembuh, justru kabupaten/kota yang berada di Indonesia paling timur dan paling barat memiliki tingkat kesembuhan rendah.
“Hal ini dikarenakan belum masifnya testing, atau pemeriksaan laboratorium, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang belum maksimal untuk penderita pasien Covid-19,” jelas Wiku. (dfn/ipg)