Jumat, 22 November 2024

RS di Surabaya Overload Karena Jadi Rujukan Seluruh Jatim

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya saat menjelaskan penanganan Covid-19 di depan Ketua IDI Surabaya dan Persi Jatim di Balai Kota. Foto: Istimewa.

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengakui berdasarkan data dan hitungannya, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Surabaya 50 persennya merupakan warga luar Surabaya. Bahkan, ada yang ditemukan di Rumah Sakit Soewandhie dan Rumah Sakit BDH pasien Covid-19 dari luar Surabaya datang langsung ke UGD.

“Kalau dia OTG lalu ke mana-mana di Surabaya, misalnya ke warung makan dan tempat lain, tentu ini yang membuat berat kepada kami di Surabaya. Belum lagi kalau dia bawa keluarga, sedangkan di salah satu keluarganya sudah ada yang positif, sehingga ini berat ke kami. Itu yang kami sampaikan ke PERSI dan IDI,” kata Risma saat diskusi dengan Ketua IDI Surabaya dan Ketua Persi di Balai Kota, Senin (11/5/2020).

Risma berharap semuanya harus mengikuti protokol dan aturannya, sehingga tidak semua orang harus dirujuk ke Surabaya dan diterima oleh rumah sakit di Surabaya.

“Kalau sedang-sedang saja dan masih bisa diatasi di daerah, kenapa harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya? Itu yang berat bagi kami dan sudah kami sampaikan ke PERSI dan IDI. Semoga segera ada solusi,” kata Risma.

Sementara itu, dr Brahmana Askandar Ketua IDI Cabang Surabaya mengapresiasi setinggi-tingginya berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Wali Kota Risma beserta jajaran Pemkot Surabaya. Sebab, tracing yang dilakukan pemkot sudah sangat baik, sehingga dapat mendeteksi sejak dini pasien Covid-19.

“Cuma masalahnya rumah sakit Surabaya adalah rujukan dari seluruh Jawa Timur. Bahkan, sebelum Covid-19 pun, Surabaya selalu menjadi rujukan,” kata dr. Brahmana seusai bertemu Wali Kota Risma.

Namun ke depan, IDI dan PERSI akan mengatur regulasi dan mensosialisasikan tentang proses rujukannya, sehingga nanti yang bisa ditangani oleh daerah, tidak perlu dirujuk ke Surabaya. Apalagi, belasan rumah sakit di Jawa Timur sudah menjadi pusat rujukan penanganan Covid-19.

“Mungkin ini hanya perlu disosialisasikan lagi dan didiskusikan lagi dengan rumah sakit di daerah, supaya tidak semuanya dirujuk ke Surabaya. Rumah sakit yang sudah ditetapkan menjadi rujukan di Jatim itu sudah dianggap mampu menangani pasien Covid-19, baik dari segi fasilitas maupun sumberdayanya,” katanya.

Dodo Anondo Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim mengatakan, sebetulnya rumah sakit di Surabaya cukup untuk menangani Covid-19 jika pola rujukannya sudah sesuai. Cuma terkadang pasien itu kurang percaya untuk berobat di daerah, sehingga dirujuk atau pun berobat ke Surabaya.

“Memang Surabaya itu sudah luar biasa, kita apresiasi semuanya, tetapi masalahnya bebannya memang dari luar kota, memang agak sulit menanganinya. Terus terang kita tidak bisa menolak pasien, makanya nanti kita akan buat polanya,” kata dr Dodo.

Oleh karena itu, ia akan berkoordinasi dengan rumah sakit daerah supaya ke depan tidak terjadi lagi rujukan lepas. Ia mengakui bahwa PERSI memiliki delapan koordinator wilayah, nantinya akan disampaikan kepada korwilnya dan juga direktur rumah sakit di Jawa Timur supaya tidak semuanya dirujuk ke Surabaya.

“Ini tadi yang banyak didiskusikan adalah rujukan lepas, tahu-tahu IGD rumah sakit di Surabaya dapat pasien dari luar kota, tentu ini membebani rumah sakit di Surabaya. Ini yang harus ditangani dengan baik, makanya nanti kita akan siapkan polanya,” tegasnya. (bid/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs