Azerbaijan, sebuah negara di persimpangan Asia Barat Daya dan Eropa juga terdampak pandemi Covid-19. Respon cepat pemerintah serta penerapan aturan yang ketat menjadi faktor kunci keberhasilan Azerbaijan dalam upaya pencegahan.
Sampai Jumat (19/6/2020) kemarin tercatat sebanyak 11.767 kasus Covid-19 di negara beribukotakan Baku itu. Dari jumlah itu, 6.325 pasien berhasil sembuh dan hanya 143 orang yang meninggal.
Artinya, tingkat kesembuhan pasien di negara itu mencapai 53,7 persen. Sebaliknya tingkat kematian (case fatality rate) di negara itu hanya sebesar 1,21 persen. Bisa dibilang, penanganan Covid-19 di negara ini berhasil.
Pada Jumat (19/6/2020), suarasurabaya.net berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Jalal Mirzayev Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Azerbaijan untuk Indonesia.
Diskusi santai itu berlangsung di Kantor Kedutaan Besar Azerbaijan, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Jalal bilang, ketika kasus pertama terdeteksi, awal Februari lalu, pemerintahannya langsung membentuk semacam satuan tugas.
Lalu, pada 31 Maret 2020, Pemerintah Azerbaijan mengumumkan pemberlakuan karantina seluruh wilayah atau istilah populernya lock down. Pada masa karantina itu warga cuma boleh keluar rumah maksimal dua jam setiap harinya, itu pun sesudah mendapat izin pihak berwenang.
Berikut ini wawancara lengkap Farid Kusuma Reporter suarasurabaya.net dengan Jalal Mirzayev Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Azerbaijan untuk Indonesia.
Bagaimana strategi pemerintah Azerbaijan ketika kasus pertama Covid-19 terdeteksi?
Ya, Azerbaijan adalah salah satu negara yang merespon dengan cepat dan terukur dalam menghadapi pandemi Covid-19. Segera sesudah ada kasus pertama (Februari 2020), dibentuklah semacam satuan tugas (operational headquarters), di bawah kabinet menteri yang bertugas memastikan pencegahan bahaya Virus Corona
Pada 31 Maret 2020, kami melakukan karantina di seluruh wilayah negara, mengumumkan lock down di Azerbaijan. Pada masa berlakunya lock down, orang-orang cuma boleh keluar rumah maksimal dua jam setiap harinya, sesudah mendapat izin pihak berwenang melalui layanan short massage service (SMS).
Pada 29 Mei 2020, kami mulai mencoba melonggarkan pembatasan. Tapi, karantina khusus diperpanjang. Karantina seluruh wilayah Azerbaijan (lock down) pun diperpanjang dari tanggal 21 Juni sampai 5 Juli 2020. Sekarang, sejumlah titik perbatasan negara masih tutup
Di masa pandemi Covid-19, Pemerintah Azerbaijan aktif melakukan evakuasi warga negaranya. Sekitar 10 ribuan warga negara Azerbaijan kami evakuasi dari beberapa negara seperti Turki, Rusia, Iran, China, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa.
Bahkan, kami baru saja mengevakuasi sekitar seribu warga negara Azerbaijan dari Istanbul, New York, Moskow, dan Roma menggunakan pesawat carter khusus.
Selain fokus pada urusan dalam negeri, Azerbaijan juga menunjukkan berbagai aksi solidaritas internasional. Pemerintah Azerbaijan menyumbang 5 juta Dollar AS kepada Iran, mengirim bantuan kemanusiaan kepada Bosnia Herzegovina, dan juga mengirim pasokan peralatan medis ke China.
Adakah kendala yang dihadapi dan bagaimana pemerintah Anda mengatasinya?
Azerbaijan adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya yang beragam, dengan tradisi turun-temurun dari nenek moyang berupa toleransi.
Karena beragam, memang benar ada kesulitan mengatur masyarakat yang berbeda-beda karakternya. Makanya, tidak mudah menahan semua masyarakat tetap di rumah pada masa berlakunya lock down.
Tentu saja ada orang-orang yang berupaya melanggar aturan ketat yang diterapkan pemerintah. Tapi, pemerintah juga punya strategi untuk mengatasi persoalan itu, seperti memberlakukan hukuman kepada orang-orang yang melanggar aturan.
Tapi, pada umumnya, orang-orang menyadari tugasnya masing-masing dan mematuhi peraturan.
Angka kematian di negara Anda sangat rendah, kesembuhannya tinggi. Bagaimana penanganan di sektor kesehatan dan ekonomi?
Dua sektor (kesehatan dan ekonomi) itu sama-sama menjadi perhatian Pemerintah Azerbaijan. Kami meningkatkan dukungan pada industri bidang medis, baik peralatan medis yang diperlukan dan juga produk-produk impor.
Untuk mengurangi lonjakan pasien di rumah sakit, Pemerintah Azerbaijan membangun sejumlah rumah sakit darurat khusus untuk menangani pasien Covid-19.
Di samping itu, dengan adanya surat keputusan Presiden, dalam rangka menekan dampak negatif pandemi Covid-19 dan menjaga stabilitas ekonomi, pemerintah mengalokasikan satu miliar Manat, kemudian bertambah menjadi dua miliar Manat (sekitar Rp16,5 triliun) dari kas negara.
Kemudian, untuk mendukung gerakan melawan Virus Corona, 20 juta Manat (sekitar Rp165 miliar) dialokasikan dari kantong anggaran presiden.
Menurut Anda, bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia?
Setiap pemerintah negara punya strategi masing-masing dalam menangani Covid-19. Menurut saya, penanganan yang dilakukan Pemerintah Indonesia sudah cukup efektif. Itu bisa dilihat dari data statistik.
Berkat reaksi cepat Pemerintah Indonesia, sehingga rasio pertumbuhan kasus Covid-19 tidak terlalu tinggi, dan jumlah pasien yang berhasil sembuh meningkat.
Sekadar informasi, Pemerintah Indonesia menerapkan karantina per wilayah yang disebut dengan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk mencegah penyebaran Virus Corona jenis baru.
Terkait penanganan wabah Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, pemerintah menganggarkan Rp677,2 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020.(rid/tin)