Pelaksanaan PSBB berdampak pada sepi dan tidak adanya aktivitas di terminal Purabaya, Bungurasih Sidoarjo. Sejumlah pengelola warung makan dan minum juga memilih untuk menutup gerai.
Puluhan pengelola tempat makan dan penjual aneka minuman didalam terminal Purabaya, Bungurasih Sidoarjo, Rabu (6/5/2020) seiring pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), memilih tutup gerai daripada terus merugi lantaran terminal nyaris tanpa aktivitas.
“Mulai awal sebelum PSBB pengunjung sudah sepi. Terus tambah sepi. Dan pas mulai dilaksanakan PSBB itu, terminal tambah sepi dan tidak ada penumpang. Otomatis tidak ada orang makan, tidak ada yang ngopi. Ditambah Ramadhan sekarang ini. Tutup saja,” ujar Mamik satu diantara pemilik gerai makanan di dalam Purabaya.
Jika dihitung, lanjut Mamik antara penghasilan selama pandemi Covid-19 dengan pengeluaran buat kulakan, bayar pekerja, hasilnya minim sekali. “Bahkan kami tekor. Penghasilan semakin turun. Kalau diteruskan, bisa-bisa tabungan habis di rumah tapi tidak ada penghasilan. Ya sudah pilih tutup saja,” tambah Mamik.
Pada hari biasa, pengelola makanan dan minum pada gerai-gerai atau warung-warung di bagian dalam terminal maupun di lingkungan terminal, selain didatangi calon penumpang atau penumpang yang turun dari bis, juga diramaikan para awak armada bis.
“Memang bukan cuma penumpang atau calon penumpang bis saja yang makan, sopir kernet juga makan di warung-warung atau gerai-gerai di dalam terminal Purabaya. Sekarang ini kan bis tidak boleh jalan, tidak ada mudik, sopir dan kernet libur kan? Terus yang mampir warung siapa?” ujar Mamik.
Senada dengan yang dikeluhkan Mamik, pemilik gerai lainnya yang masih didalam lingkungan terminal Purabaya juga menyampaikan bahwa keputusan memilih tutup sementara dikarenakan semakin sepi dan tidak adanya pembeli seiring pelaksanaan PSBB.
“Tidak mungkin juga menyalahkan pemerintah kan? Ini sudah jadi ketentuan pemerintah ya harus dipatuhi. Kalau terminal ditutup karena ketentuan PSBB, apa kita masih berharap ada orang makan di warung kita? Kalau diteruskan, tetap buka, tambah rugi. Ya mau bertahan seperti apa, tidak ada pilihan lain, tutup,” kata Suratman pemilik warung makan.
Suratman dan Mamik mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun berjualan makanan dan minuman di dalam terminal Purabaya, Bungurasih Sidoarjo. Tidak ada kata libur bagi mereka dalam usaha mencari rejeki dengan berjualan didalam terminal terbesar dikawaan Indonesia bagian timur tersebut.
Pada hari biasa, sebelum terjadinya pandemi Covid-19, rata-rata penghasilan yang dicapai dari masing-masing warung atau gerai tempat mereka berjualan dikisaran 1 juta hingga 1,5 juta rupiah. Bahkan saat hari libur perolehan itu bisa lebih.
Tapi seiring hadirnya pandemi Covid-19, dilanjutkan dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang juga berdampak pada penutupan segala aktivitas di terminal Purabaya, maka berguguran juga warung-warung atau gerai makanan dan minuman di Purabaya.
Imam Hidayat Kasubnit Terminal Purabaya, Bungurasih Sidoarjo menyampaikan bahwa pihaknya memang menjalankan ketentuan dan aturan pemerintah terkait pelaksanaan PSBB dan aturan larangan mudik. “Memang praktis tidak ada aktivitas di terminal, dan kami hanya melaksanakan perintah, sesuai ketentuan dan aturan yang ada terkait PSBB ini,” pungkas Imam Hidayat.(tok/tin/rst)