Jumat, 22 November 2024

Program Hutan Lestari Perlu Libatkan Perempuan Agar Berhasil

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Belinda Arunarwati Margono dalam Webinar Srikandi Hutan Lestari. Foto : Faiz suarasurabaya.net

Jana Sjamsiah Ketua Umum Srikandi Hutan Lestari (SHL) mengatakan, pada September 2015 negara-negara di dunia menyepakati Sustainable Development Goals atau SDGs. SDGs meliputi 17 tujuan pembangunan, salah satunya adalah tujuan ke-5 yaitu kesetaraan gender.

“SHL aktif memperjuangkan kesetaraan gender di sektor kehutanan, industri pengolahan hasil hutan, masyarakat sekitar hutan dan konsumen hasil hutan,” ujar Jana dalam Web Seminar (Webinar) Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Lestari di Tengah Pandemi Covid-19, Kamis (16/7/2020) yang diselenggarakan oleh Srikandi Hutan Lestari (SHL)

Karena itu, kata Jana, webinar ini bertujuan menyadarkan semua pihak bahwa perempuan berperan sentral dalam pelaksanaan hutan lestari, mulai dari pengambilan kebijakan, sertifikasi produk hutan lestari hingga advokasi konsumen.

Sementara, Belinda Arunarwati Margono Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan DIrektorat Jenderal Planologi Kehutanan dan tata Lingkungan, mengatakan, saat ini peran perempuan di kehutanan masih menghadapi banyak kendala karena kehutanan dipandang sebagai dunia laki-laki yang membutuhkan kekuatan fisik.

Selain itu pengakuan atas atas kontribusi nyata perempuan dalam aspek ekonomi dan ekologi masih kurang. Karena itu, paradigma di masyarakat masih mengarah pada pemberdayaan perempuan.

“Padahal sektor kehutanan saat ini justru banyak diwarnai kepemimpinan perempuan. Menteri LHK adalah seorang pemimpin perempuan, dan jajaran eselon-nya banyak diisi perempuan. Mereka berperan sentral dalam proses pengambilan keputusan, negosiasi internasional, kegiatan tehnis kehutanan, dan ujung tombak pengelolaan di tingkat tapak,” kata Belinda.

Saniah Widuri Sekretaris Umum Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) menyatakan, sebagai pengembang standar sertifikasi hutan, IFCC sangat memperhatikan peran sentral perempuan. Ini tidak hanya dalam pengambilan kebijakan di dalam perusahaan, tapi juga melihat apa yang dilakukan perusahaan kepada kaum perempuan di sekitar hutan konsesi.

“Tagline IFCC “Doing good doing no harm is no longer GOOD enough”. Kata “GOOD” antara lain berarti perempuan harus berperan signifikan dalam mewujudkan hutan lestari. Di level konsumen, peran perempuan dalam mengatur konsumsi keluarga yang sangat vital dan menjadi penentu, dengan memilih hanya produk yang memiliki label lestari,” tegasnya.

Saniah menambahkan, saat ini sudah ada 73 perusahaan dengan luas 4 juta hektar yang bersertifikat IFCC/PEFC. Ini ditambah 38 industri hasil hutan.

Librian Angraeni Deputy Director Sustainability & Stakeholder Engagement, APP-Sinarmas, mengatakan, semua perusahaan HTI dan pabrik pengolahan sebaiknya sudah mendapatkan sertifikat lestari dari IFCC/PEFC. Sertifikat ini adalah sertifikat berkelas dunia.

“APP berkomitmen terus melakukan pengelolaan hutan lestari. Berdasarkan pengalaman APP, perempuan berperan sentral dalam pengembangan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar konsesi hutan. Ini merupakan elemen penting dalam upaya konservasi hutan alam, dimana kunci utamanya adalah menyelaraskan antara peningkatan perekonomian dengan menjaga kelestarian hutan. APP bekerjasama dengan berbagai mitra untuk melakuan pemberdayaan perempuan di sekitar hutan dan pabrik APP,” ujar dia.

Dihubungi terpisah, Dradjad Winowo Ketua Umum IFCC yang juga ekonom senior mengatakan, banyak pemimpin perempuan yang berhasil dalam urusan kelestarian dan kesehatan seperti pandemi Covid-19.

“Perempuan pemimpin perusahaan HTI berhasil mengelola hutan secara lestari sesuai standar dunia. Ekspor Pulp dan Paper pun meningkat karenanya. Siti Nurbaya Menteri LHK dan jajarannya juga berhasil menerapkan pengelolaan hutan lestari,” jelasnya.

Karena itu, Dradjad mendorong wanita memimpin kampanye konsumsi terhadap produk hutan lestari. Karena, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 55-60% PDB.

Kata Dradjad, saat ini sudah banyak kertas dan tissue yang bersertifikat lestari kelas dunia dari IFCC/PEFC. Produk itu seperti tissue wajah, tissue bayi hingga tissue toilet.(faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs