Joko Widodo Presiden meminta perguruan tinggi memainkan perannya mencetak sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas unggul, produktif dan inovatif, serta siap berkompetisi dalam persaingan global.
Dalam pidato sambutan Konferensi Forum Rektor Indonesia tahun 2020, Sabtu (4/7/2020) pagi, Jokowi bilang, Indonesia tidak boleh terjebak sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
Situasi itu banyak dialami negara-negara berpenghasilan menengah yang tidak mampu naik kelas sebagai negara maju karena belum memenuhi sejumlah persyaratan.
Menurut Jokowi, sedikitnya ada tiga persyaratan negara untuk mencapai status negara maju.
Pertama, infrastruktur yang efisien. Kedua, cara kerja cepat dan kompetitif yang berorientasi pada hasil, dan syarat ketiga, sumber daya manusia yang unggul, produktif dan inovatif.
Presiden yakin, Indonesia bisa melewati middle income trap dan menjadi negara maju.
“Menjadi negara berpenghasilan tinggi bukan capaian yang mudah. Banyak negara dunia ketiga yang sudah puluhan tahun bahkan hampir satu abad hanya berstatus negara berpenghasilan menengah. Artinya, negara-negara itu terjebak dalam middle income trap. Indonesia tentu tidak mau mengalami seperti itu. Posisi strategis pendidikan tinggi adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mencetak generasi muda yang produktif, kompetitif, serta selalu berjuang untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Presiden mengingatkan, satu abad berdirinya Republik Indonesia (2045) sudah dekat. Maka dari itu, Jokowi minta seluruh elemen masyarakat menggunakan 25 tahun lagi untuk mencetak sejarah sebagai negara maju.
Sekadar informasi, berdasarkan Laporan Bank Dunia per 1 Juli 2020, status Indonesia naik dari negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle income country) menjadi menengah ke atas (upper-middle income country).
Bank Dunia mencatat, pendapatan per kapita penduduk Indonesia naik dari 3.840 Dollar AS pada 2018, menjadi 4.050 Dollar AS pada 2019.(rid/tin/ipg)