Sabtu, 1 Februari 2025

Presiden: Dampak Bencana Alam Bisa Diminimalisir dengan Pendekatan Ekologis

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Joko Widodo Presiden. Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden mengatakan, penanggulangan dan pencegahan bencana tidak cukup mengandalkan pembangunan infrastruktur fisik pengendali.

Menurutnya, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan lingkungan hidup.

Hal tersebut disampaikan Presiden dalam forum Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2020, Selasa (4/2/2020), di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

“Solusi pembangunan infrastruktur itu penting. Tapi, selama ekologinya tidak diperbaiki, selama tidak dilakukan penanaman pohon, bencana tanah longsor akan terus terjadi,” ujarnya.

Di hadapan ribuan peserta rapat, Kepala Negara menjelaskan ancaman dan kejadian bencana alam dari tahun ke tahun cenderung meningkat, di Indonesia mau pun di negara lain karena faktor perubahan iklim global.

Tapi, berdasarkan pengalaman, banyak kejadian bencana alam yang terus berulang sehingga bisa diperkirakan pola kejadian serta upaya pencegahannya.

Jokowi menyebut beberapa contoh bencana alam yang berulang antara lain banjir, kebakaran hutan dan lahan, serta tanah longsor.

“Sebetulnya banyak ancaman bencana yang rutin berulang. Kalau kita lihat sejarah panjang kelihatan sekali. Setiap musim kemarau ini pasti ada yang namanya kebakaran hutan dan lahan gambut. Setiap musim penghujan juga ada ancaman banjir, banjir bandang, dan tanah longsor,” tuturnya.

Dalam hal pencegahan banjir dan tanah longsor, Presiden menilai salah satu penyebabnya adalah kelalaian ekologis dalam mengelola lingkungan hidup di lingkungan sekitar tempat tinggal.

Lebih lanjut, Presiden menegaskan dalam melakukan pencegahan dan penanganan bencana, diperlukan solusi permanen yang tidak terbatas pada pembangunan infrastruktur fisik pencegah bencana.

“Kemarin saya ke Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Di situ (kejadian) bencananya sudah berulang. Jangan diurusi urusan fisiknya saja. Buat tanggul penahan itu penting. Tapi yang paling penting merehabilitasi lahan, menanam pohon-pohon yang memiliki akar yang kuat sehingga longsor itu tidak terjadi,” kata Presiden.

Penanaman tanaman vetiver, yang dilakukan saat kunjungan kerja ke Sukajaya, Bogor, kemarin, menurut Jokowi memiliki manfaat mencegah terjadinya bencana longsor dan banjir sekaligus merehabilitasi lahan.

Karena, vetiver memiliki kemampuan menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga stabilitas tanah sehingga mencegah tanah longsor dan erosi.

“Saya kenalkan, tanam yang namanya vetiver. Dalam setahun ditanam, akarnya bisa mencapai setengah sampai satu meter. Dalam tiga atau empat tahun akarnya bisa mencapai 3 meter. Ini harus dikenalkan, diperbanyak bibitnya, sebarkan ke daerah-daerah yang memiliki ancaman bencana banjir dan tanah longsor,” ucapnya.

Sementara itu, yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan, Presiden memandang walau pun dipengaruhi kondisi musim kemarau yang panjang, banyak kejadian yang muncul juga karena ulah manusia.

Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan risiko-risiko bencana, menurutnya menjadi pemicu kerusakan ekosistem, lingkungan serta tata ruang.

Maka dari itu, Jokowi Presiden mengajak seluruh pihak membangun komitmen dan menumbuhkan kesadaran kolektif, bencana alam adalah urusan bersama.

Pencegahannya pun juga harus dilakukan secara menyeluruh sehingga mampu mengurangi dampak bencana sekaligus selalu siap dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja.

“Pengalaman menunjukkan, sebetulnya masih banyak bencana yang bisa dicegah, minimal dikurangi (dampaknya). Tapi, sering juga kita tergagap-gagap menghadapi bencana,” tandasnya.(rid/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 1 Februari 2025
31o
Kurs