Pendeta Simon Filantropha Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Jawa Timur mengatakan, beberapa hari yang lalu pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Jatim terkait ibadah dan perayaan Natal 2020.
“Kami sepakat, lebih diimbau online atau virtual. Kalau perayaan yang mengumpulkan banyak orang sebaiknya dipikirkan betul. Pertama, protokol kesehatan harus dilakukan secara ketat. Kedua, persoalan zonasi juga penting. Warna merah, oranye, diperhatikan. Lalu bagaimana berkoordinasi dengan polisi dan Satgas Covid-19,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (12/12/2020) pagi.
Selain itu, kalau gereja menggelar perayaan Natal, diimbau tidak di tempat umum karena pasti polisi tidak memberi izin keramaian. Mengacu pada imbauan PGI dan Bimas Kristen, lansia dan anak-anak juga sebaiknya tidak dilibatkan.
Terkait pelaksanaan ibadah Natal, pendeta Simon mengatakan, sebenarnya gairah gereja-gereja di Jawa Timur untuk menggelar ibadah Natal masih besar. “Paskah kemarin tidak bisa, natal masa juga tidak bisa. Makanya kalau ibadah Natal tetap dilakukan, diharapkan berkoordinasi dengan kepolisian setempat dan Satgas Covid-19,” kata Simon.
Pendeta Simon menjelaskan, untuk pelaksanaan ibadah Natal, gereja pasti akan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat. Kebanyakan gereja punya Satgas Covid-19. Jemaatnya terdata, tempat duduknya ada nomornya, ketika masuk gereja suhu badan diperiksa dengan thermo gun, cuci tangan, pakai masker dan face shield, kuota jemaat juga hanya 30 maksimal 50 persen, pemandu pujian dan pendetanya juga diatur sedemikian rupa sesuai protokol kesehatan. Bahkan di kolom pendaftaran ibadah, jemaat harus menyebutkan memiliki komorbid atau tidak.(iss/ipg)