Pemkot Surabaya akan membuka kembali Pusat Grosir Surabaya (PGS) dan Pasar Kapasan setelah 14 hari ditutup sementara. Gugus Tugas Covid-19 Jatim tidak mendapat informasi hasil kajian yang melandasi kebijakan itu.
Dokter Kohar Hari Santoso Ketua Gugus Tugas Tracing Covid-19 Jatim menjelaskan tentang evaluasi yang seharusnya perlu dilakukan sebelum membuka kembali lokasi yang menjadi sumber penularan Covid-19.
Kohar mengatakan, secara epidemiologi isolasi harus dilakukan bila di lokasi tertentu ditemukan adanya kasus penularan penyakit Covid-19, kemudian melihat kasus penularan di sekitar lokasi pasar.
“Dalam epidemiologi, namanya index case: kasus penularan. Kemudian di sekitarnya ada orang ketularan apa enggak? Kalau enggak, index case tadi yang diisolasi sendirian. Saya tidak tahu apakah dari Surabaya sudah mengevaluasi ini atau tidak?” Ujarnya di Grahadi, Jumat (17/4/2020).
Sebaliknya, kalau memang di suatu lokasi memang tidak ada kasus positif Covid-19, Kohar menegaskan, lokasi itu tidak perlu diblokade, ditutup, atau dibatasi. Karena tanpa sumber penularan (kasus positif) virus itu tidak akan menular.
“Contohnya kata Pak Kadis Pendidikan tadi. Di Pulau Sakala (Sumenep) tidak ada internet. Pertanyaannya, di sana ada kasus positif Covid-19 apa tidak? Kalau tidak ada, ya, tidak perlu diblokade. Karena tidak ada sumber penularan,” katanya.
Dia juga mencontohkan daerah pegunungan di Kabupaten Pacitan yang tidak tersentuh internet dan siswanya turut belajar dari rumah. Kalau di lokasi itu tidak ada sumber penularan virus, maka lokasi itu tidak perlu ada isolasi.
“Tetapi, jangan boleh orang dari luar membawa virus itu masuk. Saya tidak tahu Pasar Kapasan bagaimana, yang jelas waktu itu ada satu kasus, sudah ditangani, mungkin sudah sembuh. Mungkin di sekitarnya juga tidak ada yang ketularan, maka diputuskan dibuka kembali,” ujarnya.
Mengenai evaluasi secara epidemiologi ini apakah sudah dilakukan atau belum, Kohar meminta awak media menanyakan kepada pihak Pemkot Surabaya, bagaimana hasil kajian yang melandasi kebijakan pembukaan kembali dua pasar itu.
Beberapa waktu lalu Kohar yang juga Dirut RSUD dr Syaiful Anwar, Malang, pernah memaparkan klaster penularan Covid-19 yang ada di Surabaya. Kasus penularan di PGS dan Pasar Kapasan termasuk kelompok yang dia sebut klaster pasar.
Saat itu, Kohar mengaku akan men-tracing lebih jauh tentang klaster pasar di Surabaya. Di sisi lain, dia mengakui ketidaklengkapan data dari daerah. Lainnya, karena ada kecenderungan masyarakat sangat tertutup soal riwayat perjalanan dan kontak.
Sebelumnya, Agus Hebi Djuniantoro Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah mengatakan, Pemkot Surabaya sudah melakukan beberapa langkah sebelum membuka kedua pasar besar di Surabaya itu.
Salah satu langkah Pemkot Surabaya adalah dengan menggelar penyemprotan disinfektan secara menyeluruh ke ruangan-ruangan kedua pasar, baik di dalam maupun di luar area PGS di Jalan Raya Dupak, maupun di Pasar Kapasan di Jalan Kapasan, Simokerto.
Langkah selanjutnya, kata Hebi, setelah pasar dibuka, akan diberlakukan pembatasan akses masuk dan keluar pasar untuk pengunjung maupun pedagang dengan memfokuskan belasan pintu masuk menjadi hanya enam pintu masuk.
Pemkot akan menyediakan fasilitas bilik sterilisasi (meskipun sudah tidak dianjurkan oleh Kemenkes) dan alat pengukur suhu tubuh di masing-masing pintu masuk dan keluar pasar.
Langkah lainnya, Pemkot Surabaya akan membagi-bagikan masker dan hand sanitizer kepada para pedagang dan pembeli. Terutama untuk pedagang atau penjaga toko dan kuli panggul yang beraktifitas di dalam pasar itu.(den/tin/ipg)