Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Jumat (12/6/2020), mengumumkan hasil penelitian penggunaan kombinasi obat-obatan dan metode pengobatan stem cell/sel punca untuk pasien Covid-19.
Penelitian untuk mencari solusi wabah penyakit itu, merupakan kerja sama Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair), dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dokter Purwati Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair menjelaskan, metode stem cell mampu mencegah infeksi mau pun mengobati orang yang sudah terinfeksi Virus Corona.
Dia bilang, penelitian stem cell untuk Covid-19 sudah dilakukan bersama timnya sekitar empat bulan belakangan.
Dari sekian banyak jenis stem cell, Dokter Purwati dan timnya menemukan dua macam yang cocok untuk Covid-19.
“Yang pertama Natural Killer Cell yang dikembangbiakkan dari darah selama 1-2 minggu. Kemudian yang kedua, Stem Cell Hematopoietic yang dikembangbiakkan dari darah selama 3-5 hari,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Jumat (12/6/2020), di Graha BNPB, Jakarta Timur.
Sesudah menjalani uji tantang, lanjut Dokter Purwanti, Natural Killer Cell bisa membuat virus inaktivasi. Sedangkan penggunaan Stem Cell Hematopoietic, dalam 24 jam Virus Corona jenis baru tidak terdeteksi lagi di tubuh pasien.
“Kami merekomendasikan Natural Killer Cell bisa untuk preventif, sehingga sekali pemberian bisa untuk pencegahan sekitar 3-4 bulan. Lalu, Stem Cell Hematopoietic kami rekomendasikan untuk pengobatan orang yang sudah positif Covid-19,” tegasnya.
Mengenai biaya metode pengobatan sel punca untuk Covid-19, Dosen di Fakultas Vokasi UNAIR itu tidak menyebut nominalnya. Tapi, dia mengatakan lebih bagus kalau ada campur tangan pemerintah dalam pembiayaan.
“Untuk keterjangkauan biaya stem cell relatif, ya. Kalau biaya stem cell bisa dicover pemerintah, itu lebih bagus. Tapi, sementara ini memang belum. Mungkin nanti bisa mengarah ke sana,” katanya.
Associate Prof Asia University Thaicung Taiwan itu menggungkapkan, riset untuk mencari obat dan pengembangan metode stem cell Covid-19, mendapat dukungan berupa peralatan dari Badan Intelijen Negara.
Hasil pencarian obat, Dokter Purwati beserta timnya menemukan lima macam kombinasi obat-obatan, yaitu Lopinavir/Ritonavir dengan Azithromycine, Lopinavir/Ritonavir dengan Doxycycline, dan Lopinavir/Ritonavir dengan Chlarithromycine.
Kemudian, kombinasi antara Hydroxycloroquin dengan Azithromycine, dan Hydroxycloroquin dengan Doxycycline.
Menurut Dokter Purwati, penggunaan kombinasi obat-obatan yang sudah beredar di pasaran itu dipilih karena sudah menjalani berbagai macam pengujian, dan sudah punya izin edar.
Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan keamanan efek samping obat kepada tubuh pasien.
Lima macam kombinasi obat itu, lanjut Dokter Purwanti, punya potensi dan efektivitas cukup bagus, serta punya dosis lebih rendah daripada obat tunggal sehingga mengurangi efek toxic terhadap sel.
Berdasarkan pengujian selama 24 jam, penggunaan kombinasi obat-obatan itu bisa menyembuhkan pasien positif Covid-19. Sehingga, diharapkan obat-obatan itu bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.(rid/tin/ipg)