Pemerintah Provinsi Jatim telah mengkoordinasikan upaya pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas medis yang menangani COVID-19. Diantaranya mempertemukan suplier bahan baku dengan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (RS UMM) yang memproduksi baju APD.
Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jatim mengatakan, Pemprov Jatim sangat hati-hati dalam upaya pengadaan APD untuk petugas medis ini. Karena harus sesuai standar keamanan bagi pemakainya.
“Kami juga secara sangat hati-hati, karena ini keperluan medis maka tidak bisa asal ada,” ujar Emil.
Emil mengatakan, Pemprov Jatim telah mendorong karya kampus ITS yang bekerja sama dengan FK Unair dalam membuat perisai pelindung wajah atau face shields. Tenaga dan produksinya juga didorong lebih banyak.
“Relawannya kami dorong ditingkatkan jadi 80 orang. Produksinya ditingkatkan dengan memakai mesin potong massal,” ujarnya.
Perisai pelindung wajah ini, kata Emil sudah mulai dimanfaatkan petugas media di RS Unair dan RSUD dr Soetomo Surabaya.
Pemprov Jatim, kata Emil juga telah meminta blue print baju pelindung diri Coverall dari RS Universitas Muhammadiyah Malang, untuk diproduksi lebih banyak.
“Kami sudah kontak dengan RS UMM di sana sudah membuat APD menggunakan dua bahan Parasut Ripstop T190 atau Poly Propylene Spun Bonded, itu sudah bisa memberikan pakaian kedap dari cairan,” katanya.
Namun, kata Emil dalam salah satu koordinasi saat mau membeli bahannya, ternyata supplaiernya bilang sudah diborong orang. Lalu, tim Pemprov Jatim menunjukkan WA Gubenur Jatim akhirnya tiba-tiba diralat, barangnya tersedia.
“Kami juga koordinasi dengan aparat penegak hukum, kalau sampai terjadi penimbunan. Bakorwil sekarang tengah koordinasi dengan UMM untuk memproduksi sesuai standar, karena setelah dijahit harus disemprot disfektan,” katanya.
Sementara itu, dr Thontowi DJauhari Ketua Satgas Penanganan COVID-19 RS UMM membenarkan kalau Bakorwil Malang telah mengambil blue print desain APD Cover All itu. Thontowi optimis pemerintah Provinsi Jatim bisa menggerakkan UMKM untuk memproduksinya lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tenaga medis.
“Saya percaya Tim Pemprov bisa menggerakkan UMKM untuk memproduksi,” katanya.
Menurut Thontowi, kebutuhan APD di RS UMM sudah mencukupi. Menurutnya sekarang tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi apabila ada lonjakan pasien COVID-19 sebulan ke depan.
Dia juga menghitung kebutuhan APD untuk menangani COVID-19 paling tidak sekali menangani pasien ditaksir membutuhkan 18 Coverall. Hal itu sesuai perhitungan mulai dari UGD, Poli, ruangan dikali tiga sift.
“Maka dari itu, minimal Rumah Sakit itu sedia 1.000 Coverall. Karena perang kita dua bulan lagi. Untuk APD biasa minimal punya 4.000. Kalau pakai yang mahal semua bisa kolabs Rumah Sakit,” katanya.
Menurut Thontowi, pakaian Coverall yang diproduksi RS UMM di kisaran harga Rp150 ribu per potong. Hal itu sudah sesuai standar keamanan medis.
“Kalau tidak menangani pasien COVID-19 bisa pakai APD yang biasa Rp50 ribuan,” katanya. (bid/ipg)