Pemerintah Kota Surabaya masih akan menganalisa kembali kecocokan data pasien Covid-19, karena banyak yang tidak sinkron dengan data kependudukan di Surabaya.
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, saat ini pemkot hanya menerima data alamat tanpa nama pasien. Namun saat dicocokkan, data tersebut tidak sama dengan data kependudukan warga menurut Kartu Keluarga (KK).
“Di KK cuma dua orang, tapi di alamat itu tercatat yang sakit ada enam. Apakah benar ada enam orang disitu, atau double. Ini masih kita analisa kembali karena kami hanya punya data alamat saja, tidak ada nama,” kata Risma kepada Radio Suara Surabaya, Senin (13/4/2020).
Menurutnya, data yang akurat itu akan memudahkan Pemkot Surabaya untuk mengetahui model penyebaran dan treatment pengendalian virus yang efektif.
Namun terlepas dari kemungkinan adanya data ganda, Risma meminta agar masyarakat Surabaya tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, salah satunya dengan pembatasan fisik (physical distancing). Ini mengingat masih banyaknya orang yang masih berkerumun di beberapa ruang publik.
Ia juga mengingatkan adanya keterbatasan tenaga medis dan fasilitas kesehatan di Surabaya, yang akan kewalahan jika kasus positif Covid-19 di Surabaya semakin meningkat.
“Kalau di Jakarta ada Wisma Atlet yang besar, punya peralatan, tenaga kerja, kami (Kota Surabaya) enggak punya, kami sangat terbatas. Jadi tolonglah, mari kita disiplin,” ujarnya.
Risma juga mengimbau warganya untuk selalu memakai masker jika keluar rumah.
Bahkan ia meminta warga untuk memakai masker di dalam rumah jika ada anggota keluarga yang masuk dalam Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP).(tin/rst)