Ajik Krisna Pemilik Krisna Holding Company yang bergerak di bidang toko oleh-oleh di Bali membagikan pengalamannya membangun usaha kepada peserta IDEACLOUD 2020.
Mulai dari nol, pria lulusan SMP yang merintis usaha sejak 2007 lalu. Sekarang ia menjadi pemilik 32 outlet toko oleh-oleh, restoran dan tempat rekreasi di Bali.
Asam garam hidup sudah dirasakan Ajik yang mengaku pernah tinggal di pos keamanan selama hampir dua tahun/ Menurutnya, kuncinya adalah kerja keras.
Ajik mengaku selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel, mencuci baju, juga membersihkan kamar mandi sendiri. Dia tidak pernah memilih pekerjaan.
Dengan kerja kerasnya itulah, setelah membuka toko Krisna pertama pada 2007, tahun-tahun berikutnya dia terus membuka cabang Krisna yang lebih besar.
Tahun 2011 lalu, dia bahkan membuka enam toko sekaligus dan sudah menjadi pelopor toko oleh-oleh yang buka 24 jam serta toko oleh-oleh yang berdiri megah di tengah sawah.
Selain kerja keras, Ajik sangat jitu dalam strategi.
“Dari membuat brosur yang disebar di semua pintu masuk Bali untuk mengundang orang datang membeli oleh-oleh, sampai meminta teman-temannya memarkir mobil di depan tokonya, supaya orang lain menganggap tokonya ramai,” ujarnya.
Strategi-strategi seperti itu dia bilang sangat berhasil mendongkrak kunjungan tamu ke tokonya yang otomatis meningkatkan omzetnya.
“Saya ini tidak tahu keuangan. Saya tidak meminta laporan keuangan. Saya hanya pengunjung toko ramai, kalau uangnya enggak ada, berarti kamu korupsi. Urusan saya, kalau ada toko yang sepi, bagaimana saya bisa bikin ramai,” katanya.
Insting bisnisnya sangat terasah dan menyimpan hati yang mulia. Dia rela melakukan perjalanan darat dari Bali ke desa-desa sampai di Jawa Timur.Tujuannya untuk menemukan orang-orang desa yang pandai memasak, lalu dia ajak kerja sama membuat kue dengan modal yang dia berikan.
Produk baru oleh-oleh Krisna berupa bakpia itu dia pamerkan kepada peserta IDEACLOUD hari ini.
Keputusannya membuka toko oleh-oleh di tengah sawah di desanya, juga mencerminkan kecintaannya kepada tanah kelahirannya.
Toko itu membuat pendapatan desa meningkat drastis mencapai 600 juta per bulan, sehingga warga tidak perlu lagi patungan untuk menggelar upacara adat.
Lalu bagaimana dia membangun 32 outlet dan restoran selama kurang dari 15 tahun itu? Kuncinya membangun kepercayaan dan keterbukaan terhadap partner bisnis.
Dia melibatkan modal 475 supplier tokonya untuk membangun cabang baru dan menepati pengembalian modal sesuai dengan perjanjian.
Dan kunci kesuksesan lain yang bisa diteladani dari Ajik adalah kepercayaan dirinya yang luar biasa.
Dalam mengambil setiap keputusan, dia mengaku tidak pernah meminta pendapat orang lain. Karena baginya, terlalu banyak pendapat semakin kacau pikirannya.
Mungkin jarang ditemui pengusaha seperti Ajik. Dia mengaku tidak punya kantor. “Kantor saya di parkiran Krisna, atau di restoran. Jadi endak bisa nemui saya di kantor yang banyak komputernya,” ujarnya.
Masih banyak kisah inspiratif yang bisa dipelajari dari Ajik. Tidak hanya dari Ajik, peserta IDEACLOUD 2020 selama tiga hari di Voza Premium Office Surabaya, juga mendapat kisah inspiratif dan insight baru dari 60 pembicara lebih.
Hermanto Tanoko pendiri sekaligus CEO Tancorp Group sempat bilang. Dia ingin agar para pemuda entrepreneur lebih kreatif dan inovatif setelah mengikuti forum inovasi ini.(den/tin)