Kondisi pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan untuk mengambil langkah kongkrit menyelamatkan anak didik, sekaligus menyauti tuntutan proses belajar terus berkesinambungan. Model pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang suka atau tidak suka harus dipilih agar pendidikan tetap berjalan, sekaligus anak dan insan pendidikan tetap terlindungi dari kemungkinan tertular virus Covid-19. PJJ dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring) dilaksanakan guna menjawab amanat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Isna Ni’matus Sholihah, S.Pd., M.Psi, Guru BK SMKN 2 Bojonegoro yang juga alumnus Magister Psikologi Untag 1945 Surabaya menjelaskan, PJJ adalah model pendidikan dengan peserta didik terpisah dari pendidik dan proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi atau media lain. Sistem PJJ menjadi salah satu bentuk inovasi bidang pendidikan abad ke-21 yang memiliki daya jangkau luas, lintas ruang, waktu, dan sosio-ekonomi.
Menurut Wikipedia, pendidikan jarak jauh adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.
Isna Ni’matus Sholihah yang juga sebagai Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kabupaten Bojonegoro menjelaskan, penerapan pembelajaran jarak jauh yang terjadi semenjak era pandemi hingga memasuki masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) memiliki implikasi psikis luar biasa kepada para pelaku pendidikan. Dalam hal ini, tidak hanya kepada siswa/peserta didik, tetapi juga berimbas kepada guru dan orang tua. Perubahan domain gaya hidup, terutama terkait aktivitas belajar dan tantangan adaptasi, menjadi problema tersendiri. Tidak jarang hal ini menimbulkan kondisi stres dan naiknya tekanan darah atau dikenal dengan darah tinggi (darting).
PJJ menuntut pelajar untuk menyesuaikan diri beradaptasi dengan pola pembelajaran daring yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka. Di sini performa pencapaian maksimal akademik sangat dipengaruhi beberapa hal, karena terkait erat dengan motivasi, fasilitas dan dukungan berupa pengawasan dari orang tua. Hal lain yang juga berpengaruh adalah kejelasan tugas/adanya panduan yang jelas dari guru, ketersediaan sarana prasarana, seperti jaringan internet dan kuota, dan tingkat beban tugas yang diberikan oleh guru.
Isna Ni’matus Sholihah yang juga Sekretaris MGBK Jawa Timur seperti dilansir Antara menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh salah satu dosen Fakultas Psikologi Unpad pada Juni 2020 kepada 867 orang tua, siswa, dan guru di Kota Bandung, misalnya, menunjukkan hasil sebanyak 19,6 persen dari total responden mengaku cemas dan khawatir selama PJJ, 12,5 persen merasa bosan, 9 persen merasa akan kehilangan kemampuan penguasaan materi, dan 8,3 persen merasa akan butuh liburan jika pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) diperpanjang.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pelaksaan PJJ menimbulkan efek psikis yang bervariasi. Jika di China, tepatnya di Shanghai, ditemukan 14 kasus bunuh diri siswa sekolah dasar dan menengah, dilaporkan terdapat satu kasus bunuh diri pelajar di India karena tidak memiliki kuota, di Indonesia pada 30 Juli 2020 sebuah berita viral tentang seorang siswi SMP berusia 15 tahun menjual diri ke pria hidung belang dengan alibi untuk membeli kuota internet. Tidak kalah heboh dari kasus jual diri, jagad maya juga diramaikan berbagai keluhan daring membikin darting kaum emak di Medan, juga berbagai surat terbuka, mulai dari siswa, orang tua, KPAI, hingga mitra ojek daring atau ojol.
Darting
Darah tinggi dalah suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanan di atas 180/120. Para ahli menyatakan bahwa orang dengan tekanan darah yang tinggi cenderung tidak dapat mengendalikan rangsangan stres dengan baik.
Dalam sebuah penelitian dari jurnal Psychosomatic Medicine, cepat marah merupakan akibat dari respons otak yang terganggu oleh hipertensi. Hal ini membuat otak mengeluarkan amarah sebagai responsnya. Stres yang dialami para pelaku pendidikan selama proses belajar sering diakui sebagai darting.
Darting Guru
Tidak hanya siswa dan orang tua, para guru juga banyak yang mengeluhkan model PJJ dengan cara daring karena memunculkan perilaku peserta didik yang kurang terkontrol, seperi terlambat memasuki kelas virtual, tidak melakukan presensi, terlambat/tidak mengerjakan tugas. Belum lagi instruksi yang tidak dipahami siswa sebagaimana yang diinginkan guru. Maka guru dituntut untuk bersabar. Selain itu, guru juga dituntut beradaptasi dengan berbagai variasi metode daring agar peserta didik tidak bosan.
Belum lagi ketika guru juga dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya adalah orang tua dari anak-anaknya yang berstatu sebagai siswa. Guru yang piawai menangani murid, bahkan mungkin meraih segudang prestasi di sekolah, belum tentu menjadi orang tua nomor wahid ketika anaknya harus menjalani proses belajar model daring.
Darting orang tua
Berbeda dengan guru yang mengeluhkan ketidakdisiplinan peserta didik, orang tua menjadi stres, mengalami darting karena mereka dalam sekejap diharuskan menjadi sarjana untuk semua jurusan. Orang tua harus mendampingi dan menjelaskan berbagai pelajaran yang kadang anaknyapun tidak faham.O rang tua juga harus pontang panting membagi diri antara tugas rumah, mencari nafkah/pekerjaan kantor dan mengawasi anak. Orang tua harus menahan emosi karena anaknya tidak juga faham materi pelajaran. Pada saat bersamaan mereka juga harus mengalokasikan dana khusus untuk kuota internet agar belajar model daring berjalan lancar. Ketika semua terpenuhi, orang tua juga masih was-was karena khawatir anak-anaknya mengakses situs terlarang di sela-sela belajar secara daring. Maka lengkaplah penderitaan si orang tua.
Darting siswa
PJJ adalah perjuangan. Jika orang tua harus berjuang menjadi guru serba bisa dan berjuang menahan diri dan emosi, maka bagi siswa belajar daring adalah berjuang melawan godaan untuk bermain game, tantangan melawan keinginan untuk rebahan, rasa malas dan bosan karena tidak boleh nongkrong bersama teman-teman, juga pasrah tidak mendapat uang saku serta yang paling berat adalah cobaan menyelesaikan tumpukan tugas dari guru yang terkadang seolah terlepas dari sisi kemanusiaan.
Solusi
Upaya pencegahan dan meminimalkan dampak daring yang menjadi darting bisa dilakukan dengan beberapa hal. Prtama, optimalisasi peran guru Bimbingan dan Konseling. Menjaga kesehatan mental selama masa pandemi memerlukan upaya yang serius. Stres yang berlebih akan mengganggu kesehatan lahir batin. Keberadaan guru Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai well being center bisa dimaksimalkan, antara lain dengan melakukan pendampingan bagi guru mata pelajaran, peserta didik dan juga orang tua, melayani konseling dan juga memberikan dorongan motivasi.
Kedua, membentuk peer counselor/konselor sebaya. Penanganan stres kepada peserta didik/siswa mutlak diperlukan. Siswa perlu dibekali kemampuan untuk mengenali emosi diri dalam rangka menjamin kesejahteraan psikisnya. Selain berkonsultasi dengan guru BK, program konseling teman sebaya bisa menjadi solusi menarik. Terlebih di usia muda, teman menjadi salah satu orang terdekat tempat berbagi rasa.
Ketiga, adalah pembiasaan self regulated learning (SRL). Untuk menyelesaikan dan mengelola tugas dari setiap guru, alangkah baiknya jika peserta didik dilatih melakukan SRL. Self Regulated Learning adalah suatu proses bagaimana menetapkan sasaran belajar, siswa akan mengelola diri dalam belajar, mandiri dan aktif dengan memantau, mengatur, memotivasi diri terhadap tugas-tugas dan membuat tujuan belajarnya, serta mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan kemampuan meta kognitif dan perilaku belajar yang baik. Kemandirian peserta didik dalam meyelesaikan tugas akan semakin terasah dengan melakukan SRL.
Keempat, melakukan transisi cepat. Sebelum ada PJJ karena pandemi Covid-19, belum semua guru cakap menggunakan teknologi, sedangkan sistem belajar daring harus dilaksanakan. Disinilah terjadi gap yang harus teratasi. Pelatihan singkat, seperti pelaksanaan webinar dari pihak sekolah untuk membimbing guru/tenaga pendidik dalam melakukan praktik terbaik menjalankan hubungan digital/mempersiapkan kelas virtual perlu dilakukan. Sebuah panduan untuk membantu orang tua menggunakan alat pembelajaran jarak jauh guna mendukung pembelajaran daring anak mereka juga layak disiapkan.
Langkah kelima, perlunya bantuan daring/subsidi internet. Salah satu kendala PJJ adalah jaringan internet dan terbatasnya kemampuan dalam membeli paket data/kuota internet. Bersyukur, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah memberikan akses sepenuhnya kepada pihak sekolah untuk menggunakan dana BOS bagi pembelian paket data bagi guru dan murid dalam rangka mendukung proses pembelajaran.
Keenam, yang tidak bisa dilupakan adalah perlunya ada platform belajar yang mudah diakses.Diakui atau tidak, masih banyak guru dalam satu sekolah menggunakan jenis platform yang berbeda untuk media pembelajaran. Semisal guru A menggunakan Google Classroom, Guru B menggunakan Zoom, Guru C menggunakan Webex dan lain sebagainya. Beragamnya keputusan yang diambil guru berimbas pada banyaknya aplikasi yang harus diunduh oleh murid di ponselnya. Selain boros kuota, hal itu juag membuat berat di memori ponsel, peserta didik juga kesulitan untuk berganti-ganti aplikasi. Sebaiknya satu sekolah menggunakan satu jenis platform yang disepakati sehingga mempermudah akses bagi peserta didik.
Terakhir, perlunya keterlibatan aktif dalam interaksi guru-murid-orang tua. Teknologi tidak akan mampu menggantikan sentuhan cinta. Inilah satu hal yang perlu dicatat oleh semua insan pendidikan. Internet menjawab semua rasa ingin tahu peserta didik, tetapi tidak dengan keteladanan dan kasih sayang. Inilah esensi yang harus dijaga selama proses PJJ.
Keteladanan seorang guru dalam semangat belajar dan inspirasi ketangguhan dalam menghadapi pandemi ini menjadi taruhan. Jaga kehangatan dengan tetap bertegur sapa, memberikan motivasi dan sekadar sapaan bertanya bagaimana kabar dan kondisi peserta didik. Sungguh, pendidikan bukan hanya cukup mentransfer pengetahuan, tapi bagaimana membuat mereka mampu memaknai pengalaman dan menjadi seorang penyintas dalam kehidupan serta mampu menjadi insan pemilik masa depan. Tambah maju Pendidikan Indonesia! (ant/ipg)