Bekerjasama dengan Department of Civil Engineering, Mehran University of Engineering and Technologi, SZAB Campus Khairpur Mirs, Pakistan, Universitas Narotama Surabaya gelar konferensi digital internasional pertama di bidang multidisipliner bertajuk IMDC (International Multidisciplinary Digital Conference).
IMDC menghadirkan 14 keynote speaker dari 9 negara, yaitu Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, Thailand, India, Amerika Serikat, Yunani, dan Indonesia yang disampaikan langsung oleh dosen yang juga Wakil Rektor 1 Universitas Narotama Surabaya, Dr. M. Ikhsan Setiawan.
Assoc. Prof. Dr. Mohd. Haziman Wan Ibrahim dari Faculty of Civil Engineering and Built Environment Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), mengawali konferensi dengan materi bertema: Nano Material Towards Sustainable Construction.
Sustainable construction atau yang dikenal juga dengan nama green construction, adalah konstruksi yang lebih ramah lingkungan karena materialnya dibuat dari produk hasil daur ulang atau material yang bisa diperbaiki dengan mudah.
“Nanotechnology adalah satu diantara material yang bisa digunakan dalam sustainable construction dengan berbagai macam bentuk yang sudah dikembangkan sampai saat ini. Satu diantaranya adalah nano-concrete yang bisa mengisi pori-pori pada beton konvensional dan memperkuat kontruksi,” terang Haziman sapaan Assoc. Prof. Dr. Mohd. Haziman Wan Ibrahim.
Haziman menambahkan, bahwa nano-concrete bisa mewujudkan konstruksi yang ramah lingkungan dan akan menjadi masa depan yang menjanjikan di masa depan dunia khususnya pada bidang konstruksi.
“Nano-concrete bisa menjadi material beton yang memperkuat konstruksi dan mengurangi biaya konstruksi karena tidak mudah rusak sehingga mengurangi produksi beton yang menghasilkan emisi CO2,” tambah haziman.
Sementara itu, ditambahkan Dr. M. Ikhsan Setiawan dari Universitas Narotama Surabaya saat melanjutkan dengan materi kajian: Transportation, Construction, and Renewable Energy: Growth, New Normal, and Trends Today, dimana Ikhsan menekankan pada perubahan yang terjadi pada sisi transportasi dan pariwisata di Indonesia selama masa pandemi Covid-19 dan membahas tentang Indonesia yang bergerak ke energi terbarukan.
“Indonesia akan bergerak mulai memproduksi baterai lithium pada 2023. Selama ini Indonesia hanya memproduksi dan mengekspor bijih nikel. Dengan mulai memproduksi baterai lithium dari bijih nikel, bisa menghasilkan perubahan besar pada ekspor dan berpotensi mengurangi defisit negara,” papar Ikhsan.
Ada 5 jenis baterai lithium, sambung Ikhsan yang bisa diproduksi Indonesia yang tentunya akan menjanjikan untuk masa depan bangsa dan negara. “5 tipe itu adalah yang biasa digunakan di gadget, yang digunakan di peralatan medis, ada pula yang dipakai untuk menggerakkan kereta listrik, mobil listrik, dan sepeda listrik,” tegas Ikhsan, Kamis (19/11/2020).
IMDC (International Multidisciplinary DIGITAL Conference) juga menghadirkan para peneliti yang menjabarkan hasil riset mereka secara online mengenai banyak hal yang sedang menjadi perhatian di negara mereka masing-masing.(tok/iss)