Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur meninjau uji coba pembelajaran tatap muka di tiga sekolah di Kabupaten Nganjuk, Senin (24/8/2020). Antara lain SLB Shanti Kosala Mastrip, SMKN 1 Tanjung Anom, dan SMA Negeri 2.
Tiga sekolah itu menggelar uji coba pembelajaran tatap muka dengan terbatas. Hanya 25 persen total siswa. Uji coba mulai 18 Agustus itu akan berlangsung sampai 31 Agustus 2020 lalu dievaluasi.
Khofifah menegaskan, berdasarkan hasil pemantauan, uji coba tatap muka di tiga sekolah itu sudah berlangsung terbatas dan hati-hati. Prinsip keselamatan jiwa dan raga guru, siswa, dan keluarga masing-masing sudah diterapkan.
“Melalui penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 secara penuh,” kata Khofifah di sela-sela meninjau uji coba bersama sejumlah pejabat, dalam keterangan resmi yang diterima suarasurabaya.net.
Berdasarkan laporan dari Kepala Dinas Kesehatan Nganjuk, rate of transmission Kabupaten itu sekarang 0,86. Masih di bawah angka satu. Nganjuk juga sudah melakukan stratifikasi risiko tiap desa berdasarkan 15 indikator epidemiologis.
Dari penilaian itu, ada dua desa yang masih zona merah, 26 desa zona orange, 40 desa zona kuning, dan 216 desa zona hijau. “Penilaian ini turut serta menjadi pertimbangan untuk uji coba pembelajaran tatap muka,” kata Khofifah.
Dalam penerapan uji coba pembelajaran tatap muka ini, setiap siswa yang datang wajib melewati check point. Di titik ini, suhu tubuh siswa dicek. Lalu mereka diminta cuci tangan dengan sabun.
Siswa yang suhu badannya lebih dari 37 derajat diminta tidak masuk kelas dan kembali ke rumah. Selain itu, setiap siswa juga wajib mengenakan masker dan face shield selama mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas.
Sekolah juga sudah harus memastikan bahwa jarak bangku antarsiswa di dalam kelas sudah diatur minimal satu meter. Di setiap bangku siswa juga sudah harus terpasang pembatas plastik mika.
“Siswa-siswi akan mengikuti pembelajaran tatap muka. Harus mendapat ijin tertulis dari dari orang tua atau wali siswa disertai dengan keterangan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan sehat,” kata Khofifah.
Untuk memastikan kesehatan semua pihak, juga dilakukan rapid test kepada guru dan tenaga kependidikan sebelum pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka. Bagi guru yang hasilnya reaktif tidak boleh hadir ke sekolah.
Khofifah bilang, uji coba tatap muka ini dimulai secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut. Secara bertahap, siswa yang boleh masuk hanya 25 persen dari total siswa yang ada di sekolah penyelenggara tatap muka.
Kemudian, Satgas Covid-19 di masing-masing kabupaten/ kota memberikan rekomendasi bagi seluruh penyelenggara sekolah baik SMA, SMK, SLB untuk pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka.
“Ini merupakan hari pertama pada minggu kedua dalam pelaksanaan uji coba belajar tatap muka langsung secara bertahap,” kata Khofifah.
Khofifah memastikan, setelah pelaksanaan ini akan ada evaluasi proses uji coba. Menurutnya ini penting, karena yang menjadi prioritas utama adalah kesehatan dan keamanan seluruh siswa dan guru.
Evaluasi akan dilakukan secara komprehensif bersama seluruh pemangku kebijakan. Baik Pemda atau Gugus Tugas Covid-19 setempat, Cabang Dinas Pendidikan Wilayah, MKKS, komite sekolah, juga Dewan Pendidikan.(den/iss/ipg)