Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur menegaskan, kebutuhan mendesak bagi mahasiswa asal Jatim di China, khususnya di Kota Wuhan (lokasi awal penyebaran Virus Korona) dan kota lain di Provinsi Hubei, bukan makanan. Tetapi evakuasi.
Khofifah mengatakan, dia sudah mendapatkan data 248 nama mahasiswa yang sedang studi di sejumlah kampus di China, termasuk di Wuhan, dan kota lain di Provinsi Hubei. Data ini juga sudah dia sesuaikan dengan data yang dimiliki pemerintah pusat.
Menurut Khofifah, Senin lalu yang sangat dibutuhkan oleh pelajar di Wuhan adalah pemenuhan logistik. Karena pada saat itu memang hanya sedikit toko yang menjual bahan makanan yang buka. Sekarang, toko-toko yang buka semakin jarang.
Subandi, Dosen Bahasa Jepang Unesa, yang juga ayah seorang mahasiswa di Central China Normal University (CCNU) bernama Brandy Juan Ferrero, sempat menggambarkan bagaimana situasi terkini di sekitar kampus CCNU, Wuhan.
Subandi yang juga mengajar di Jurusan Bahasa Mandarin di Unesa mengatakan, sekarang hanya ada satu supermarket berjarak sekitar 10 menit dengan berjalan kaki dari kampus, yang menjual bahan-bahan makanan.
Padahal, sebelum merebaknya Virus Korona di kota itu, di sekitar kampus itu terdapat banyak pertokoan yang menjual makanan. “Sempat ada dua toko yang buka, sekarang tinggal satu itu,” paparnya kepada Khofifah.
Subandi adalah salah satu perwakilan orangtua mahasiswa yang hadir dalam pertemuan Khofifah dengan para orangtua mahasiswa asal Jatim, di Gedung Negara Grahadi, Rabu malam.
Kepada suarasurabaya.net, Subandi mengatakan, kekhawatirannya saat ini dengan hanya satu supermarket yang buka di lingkungan kampus itu, interaksi mahasiswa Jatim dengan warga lokal semakin intens.
Bisa jadi, di antara warga yang berbelanja di supermarket itu, ada yang sudah terpapar Virus Korona. Sementara mahasiswa yang sekarang dalam kondisi sehat, secara psikis terus mengalami tekanan.
“Dalam kondisi psikis yang tertekan, daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun dan bukan tidak mungkin, potensi tertular virus semakin meningkat,” katanya.
Sebab itulah, sebagai orangtua, dia merasakan tekanan yang sama. Dia tumpahkan perasaannya itu di hadapan Khofifah. Dia menangis saat mempertanyakan kepastian pemulangan mahasiswa.
Khofifah memastikan, Pemprov Jatim maupun pemerintah pusat sedang mengupayakan evakuasi itu. Dia mengakui bahwa kebutuhan yang mendesak saat ini adalah pemulangan para mahasiswa WNI.
“Senin kemarin, Pak Presiden kunker di Jatim. Juga hadir Bu Menlu. Kami langsung koordinasi. Senin kemarin yang dibutuhkan memang pemenuhan logistik para mahasiswa, sekarang yang mendesak adalah evakuasi,” kata Khofifah, Rabu (29/1/2020).
Di hadapan orangtua mahasiswa di Grahadi, Khofifah memastikan bahwa pemerintah sedang memfinalisasi rencana evakuasi. “Sekarang Bu Menlu sedang memfinalkan, bagaimana evakuasi itu bisa dilakukan sesegera mungkin.”(den/tin)