Minimnya ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) membuat para tenaga kesehatan melakukan berbagai modifikasi agar mereka tetap bisa melakukan perawatan kepada pasien. Hanya saja, menurut dr Daeng M Faqih Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonsia (PB IDI), modifikasi saja tidak cukup.
Ia mengatakan, saat ini tenaga medis sangat membutuhkan ketersediaan APD secepatnya. Apalagi, wabah COVID-19 mulai menyerang petugas medis dan membuat sebagian dari mereka berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Sehingga dengan semakin bertambahnya jumlah pasien akibat COVID-19, jumlah tenaga medis malah semakin berkurang karena mereka yang seharusnya merawat pasien malah terinfeksi dan diisolasi.
“Tolonglah kami petugas kesehatan dibantu dalam penyediaan APD. Boleh kami tidak diberi apapun. Tidak dikasih insentif tidak masalah, karena kami dengan sumpah mulia pasti menolong rakyat. Tapi tolong kami dibekali dengan bekal penting APD,” kata dr Daeng kapada Radio Suara Surabaya, Sabtu (28/3/2020).
Berdasarkan informasi yang ia dapatkan, di Jakarta sudah ada 50 tenaga medis yang terinfeksi COVID-19. Sedangkan di Jawa Timur ada sembilan tenaga medis residen yang berstatus ODP dan PDP.
Menurutnya, jika ketersediaan APD masih minim, ditakutkan akan banyak petugas medis yang nekat merawat pasien tidak berdasarkan SOP. Sehingga risiko terpaparnya virus corona semakin besar.
dr Faqih mengatakan, kurangnya ketersediaan APD ini bukan dikarenakan kurangnya anggaran dari rumah sakit. Tapi karena stok APD yang langka dan sulit didapat.
“Saya sudah cek kawan-kawan di daerah, juga Jakarta. Semua pihak sebenarnya memiliki dana untuk membeli APD. Tapi kondisi barangnya yang sulit diadakan. Oleh karena itu, bantuan pemerintah agar barang ini tidak langka, entah (produksi dari) luar dan dalam negeri mohon secepatnya,” ujarnya.
Ia menegaskan, sejak tiga minggu yang lalu, IDI sudah berkoordinasi dengan Kementerian, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengadakan APD. Namun persoalannya bukan secara teknis kesehatan, namun tentang sumber-sumber pengadaan APD yang sedang dalam pencarian.
“Persoalannya tidak berhubungan dengan teknis kesehatan, tapi tentang sumber-sumber pengadaan seperti bagaimana proses impornya, bagaimana mendorong produksi dalam negeri, mana perusahaan yang harus didorong produksinya banyak, mendorong agar tidak ekspor lagi. Mohon segera diselesaikan agar ketersediaan APD terjamin ada,” jelasnya.
dr Faqih juga mengajak semua masyarakat termasuk pengusaha, untuk ikut berperan menyediakan APD. Mereka bisa menyalurkan bantuan itu langsung kepada rumah sakit terkait agar mempercepat proses penyaluran kepada tenaga medis.
“Kami sangat mengimbau jangan hanya pemerintah, kawan-kawan swasta silakan berperan. Kalau mendesak tidak usah melalui birokrasi yang ada, bisa langsung ke rumah sakit yang bersangkutan untuk mempermudah distribusi,” imbaunya.(tin/ipg)