Menjadikan pasar tradisional di Surabaya sebagai destinasi wisata sepertinya masih jauh dari kenyataan. Tapi hal ini tidak sulit diwujudkan, bila manajemen kelola pasar dapat tegas diterapkan.
Dijelaskan oleh Benny Poerbantanu, Pakar Tata Kota dari UK Petra, pasar-pasar di Surabaya baik sisa peninggalan kolonial Hindia Belanda maupun yang baru dan yang sudah direnovasi, sebetulnya punya potensi dijadikan destinasi wisata karena punya keunikan yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
“Seringkali manajemen kelola pasar itu sendiri yang menjadikan pasar bukan menjadi sebuah pasar yang sehat, aman dan nyaman. Termasuk dalam masa pandemi seperti ini,” katanya saat mengudara di Radio Suara Surabaya pada Kamis (13/8/2020),
Benny menambahkan, kondisi sosial dan budaya masyarakat yang heterogen jadi salah satu kesulitan tersendiri.
“Pasar di dalamnya ada pedagang, konsumen, dan masyarakat lainnya. Secara sederhana, pedagang dan konsumen itu populasinya akan terus bertambah di ruang yang tetap. Entah pedagangnya atau jumlah dagangannya dengan dimensi ruang yang disediakan,” ujarnya.
Keadaan ini menjadi salah satu pemicu munculnya kekumuhan. Ditambah lagi belum tegasnya pengelola pasar untuk menciptakan sebuah pasar sehat yang bersih dan nyaman.
Pasar sebagai fasilitas layanan publik menurutnya mempunyai norma, standar, pedoman dan kriteria masing-masing untuk bisa dikelola sebagai fasilitas layanan publik yang sehat.
Dicontohkan oleh Benny, ada regulasi dari Kementerian Kesehatan dan Perdagangan yang telah dikeluarkan untuk mengatur tata kelola pasar, baik dari segi kesehatan maupun yang diperjual belikan.
“Infrastruktur, termasuk bagaimana menyimpan sisa timbunan barang dagangan ada prosedur dan standarnya. Itu belum dijalankan secara optimum. Sehingga pasar kita jadi seperti apa adanya ini,” imbuhnya.
Umumnya saat didesain, pasar terlihat matang tata kelolanya. Tapi ketika sudah beroperasional bisa menjadi tidak rapi dan nyaman lagi. Berbeda dengan pasar modern, yang punya tata kelola yang jelas. Keadaan ini sangat disayangkan oleh Benny.
“Manajemen diperbaiki dan punya road map yang jelas untuk mengelola pasar. Banyak item kriteria yang ada di Peraturan Menkes atau Menteri Perdagangan yang tidak ada di dalam pasar, sehingga kebersihan sulit diwujudkan di dalam pasar,” tambahnya. (dfn/ipg)