Jumat, 22 November 2024

Kemendikbud Luncurkan Gerakan Perjodohan Antara Dunia Industri, Kerja, dengan Pendidikan Vokasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Satu di antara robot karya mahasiswa Fakultas Vokasi Untag Surabaya, yang dipersiapkan untuk kompetisi nasional robotika. Foto: Totok suarasurabaya.net

‎Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) akan memulai gerakan “Pernikahan Massal” (Link and Match) antara pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja (DUDI).

Tujuan utama peluncuran “Program Penguatan Program Studi (Prodi) Pendidikan Tinggi Vokasi Tahun 2020” ini agar prodi vokasi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) semakin menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.

“Industri dan dunia kerja, mohon bersiap sambut kami,” ujar Wikan Sakarinto Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud melalui telekonferensi di Jakarta pada Rabu (27/5/2020).

Target program penguatan ini adalah sekitar 100 prodi vokasi di PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) agar melakukan pernikahan massal di tahun 2020 dengan puluhan bahkan ratusan industri. Program ini akan diteruskan dan dikembangkan di tahun-tahun berikutnya dengan melibatkan lebih banyak prodi vokasi.

Pada saat ini, untuk penguatan prodi vokasi di PTS sendiri sudah dibuka melalui Program Pembinaan PTS (PP-PTS) di mana tahapannya sudah memasuki seleksi tahap akhir.

“Jadi, di masa pandemi ini, kita akan melakukan (semacam) perjodohan massal, bukan satu dengan satu, tetapi satu kampus vokasi dengan banyak industri,” jelas Wikan.

Wikan optimis bahwa program “Pernikahan Massal” ini akan menguntungkan banyak pihak. Ia mengatakan, pihak industri dan dunia kerja, jelas akan diuntungkan dengan skema pernikahan ini. Selain itu, dengan adanya link and match ini, lulusan pendidikan vokasi juga akan semakin dihargai oleh industri dan dunia kerja bukan semata-mata karena ijazahnya melainkan karena kompetensi dan skills-nya yang semakin sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

“Link and match ini bukan sekadar Memorandum of Understanding (MoU) dan foto-foto di media melainkan harus menjadi pernikahan yang sangat erat dan mendalam, sehingga semua pihak akan saling mendapatkan manfaat yang signifikan dan berkelanjutan,” tegas Wikan.

LJangan sampai, sudah lulus kuliah, masih harus di-training lagi oleh industri dengan susah payah, memakan banyak waktu dan berbiaya mahal,” imbuhnya.

Kata dia, materi pelatihan di industri tersebut bisa sejak awal dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan oleh dosen bersama praktisi dari industri. Wikan mengajak pihak industri dan dunia kerja agar terus membuka diri dan membuka hati, serta bersedia ikut terjun mendidik anak-anak bangsa, generasi Indonesia di masa depan.

“Keberhasilan program ini harus didukung dan perlu partisipasi aktif banyak pihak baik pemerintah pusat maupun daerah, serta seluruh stakeholder. Perlu kerja sama semua pihak agar perjodohan ini berhasil baik pusat, daerah maupun stakeholder,” pesan dia.

Hal ini sejalan dengan arahan Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang menekankan pentingnya semangat pernikahan massal dan kemerdekaan belajar, agar institusi pendidikan dan pihak industri berkolaborasi dan bergotong royong mendidik SDM bangsa.

Sementara, Agus Indarjo Plt.Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Ditjen Diksi menjelaskan bahwa selain program kerja sama, program penguatan prodi vokasi ini juga mendorong agar populasi dosen tamu yang berstatus dosen tetap dari industri dan dunia kerja, di perguruan tinggi vokasi dapat meningkat dengan pesat. Dosen tamu yang berstatus dosen tetap ini akan melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat) seperti dosen-dosen tetap lainnya.

“Tanpa kehadiran para dosen profesional dari kalangan praktisi tersebut, pendidikan vokasi tidak akan optimal,” tegas Agus.

“Selain itu kampus tetap didorong untuk mengundang para dosen tamu berstatus tidak tetap untuk memperkaya dan meningkatkan kualitas pembelajarannya,” imbuhnya.

Kata Agus, para dosen tetap di kampus harus didorong untuk memiliki sertifikasi kompetensi yang diakui oleh dunia industri dan dunia kerja. Selain itu, dalam kurun waktu tertentu, misal beberapa tahun sekali, para dosen vokasi juga didorong untuk magang di industri selama beberapa bulan.

“Hal ini untuk me-refresh dan meningkatkan kompetensi mereka, dengan terjun langsung di industri, meninggalkan kampus untuk sementara waktu,” terangnya.(faz/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs