Siswa-siswi SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo, Rabu (11/3/2020) mengunjungi Museum BI, memuaskan rasa ingin tahu sejarah uang yang beredar dan dipakai di Indonesia.
Puaskan rasa ingin tahu cara pembuatan uang sekaligus bagaimana sejarah uang di Indonesia, siswa-siswi SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo, Rabu (11/3/2020) mendatangi Museum Bank Indonesia (BI) di Surabaya.
Gedung cagar budaya yang dulunya bernama De Javasche Bank dan punya peran penting sebagai bank sentral di zaman kolonial itu memang punya sejumlah koleksi yang berhubungan dengan uang atau alat pembayaran di negeri ini.
Satu diantara 75 siswa yang hadir, Himawan Rizki kelas VIII 5 mengaku sudah pernah melihat mata uang sejumlah negara lain, diantaranya dari Jepang, Thailand, Arab Saudi dan Australia oleh-oleh dari orang tuanya.
“Tapi kalau mata uang Rupiah, tahunya yaa yang pernah dilihat mulai kecil sampai sekarang ini. Uang yang lama-lama malah tidak ngerti, dan tahunya dari dulu uang kita tetap tidak ada perubahan. Ternyata ada yang berubah gitu. Itu bikin penasaran,” terang Rizki.
Oleh petugas Museum BI, para siswa diajak berkeliling untuk melihat alat-alat yang masih ada dan pernah dipergunakan atau yang dipakai dalam proses pembuatan atau pencetakan uang, dalam bentuk koin maupun uang kertas.
Pada bagian koleksi uang atau alat tukar uang yang pernah dipakai di Indonesia, dan ditempatkan secara khusus di Museum BI, para siswa-siswi ini mendapatkan penjelasan sekaligus gambaran jelas tentang mata uang yang pernah ada di Indonesia.
Melalui penjelasan itu Rizki mengaku mendapatkan pengetahuan baru terkait dengan peredaran dan mata uang Rupiah yang dipakai masyarakat Indonesia. “Ternyata mata uang itu ada yang model atau desain grafisnya gambar Wayang. Sangat Indonesia, menarik sekali,” ujar Rizki senang.
Ichwati Yuliana, S.S., guru pendamping SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo menyampaikan bahwa kunjungan ke Museum BI sebagai bagian dari studi literasi dan budaya tersebut diharapkan menambah pengetahuan sekaligus pengalaman siswa-siswi dalam kaitannya dengan mata uang Rupiah.
“Karena ternyata tidak banyak yang tahu bahwa di Kota Surabaya, punya museum yang menarik. Museum Bank Indonesia ini menyimpan sejarah yang luar biasa penting bagi perjalanan bangsa Indonesia, karena satu diantaranya bangunan cagar budaya ini bekas kantor Bank penting di zaman kolonial,” terang Ichwati Yuliana.
Karena itu, Ichwati mengajak siswa-siswinya untuk hadir dan melihat sendiri Museum BI. “Di satu sisi mereka mengunjungi museum, sekaligus belajar perjalanan sejarah penggunaan mata uang Rupiah. Ini juga penting mereka ketahui sebagai milenial,” tambah Ichwati.
Sementara itu disampaikan Riski Jayanto penanggungjawab kunjungan Museum Bank Indonesia, bahwa dalam setiap bulan tercatat kunujungan dilakukan sekurangnya 4.000 orang diantaranya adalah pelajar.
“Museum BI tidak hanya memiliki gedung cagar budaya peninggalan kolonial tetapi juga memiliki koleksi yang menarik untuk disaksikan. Karena itu kunjungan setiap ulan memang tinggi, termasuk hadirnya adik-adik pelajar, hampir setiap minggu ada yang datang secara bekelompok dalam jumlah besar maupun kecil,” ujar Riski Jayanto.(tok/rst)