Jumat, 22 November 2024

Joni Sarankan Sekolah Tatap Muka Dimulai Jenjang SMA

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Joni Wahyuhadi Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur. Foto : Istimewa

Joni Wahyuhadi Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur menyarankan persiapan pembelajaran tatap muka dilakukan pada sekolah jenjang SMA sederajat terlebih dulu. Karena siswa usia SMA lebih bisa diajak komunikasi untuk protokol kesehatan ketat.

“Karena itu harus dicoba dulu, dengan gradasi, kalau menurut saya dimulai dari anak SMA kemudian turun-turun ke belakang. Kenapa anak SMA? Mereka lebih bisa diajak komunikasi. Bayangkan kalau anak TK dan SD. Bayangkan,” ujar Joni di Gedung Negara Grahadi, Sabtu malam (8/8/2020).

Joni mengungkapkan, membuat keputusan pembelajaran tatap muka bagi anak-anak perlu perhitungan yang matang. Karena penerapan protokol kesehatan pada anak-anak lebih sulit dari orang dewasa.

“Memang case-nya pada anak-anak tidak terlalu banyak. Cuma pada anak-anak klinisnya itu beda dengan dewasa. Jadi, untuk anak-anak mesti harus lebih hati-hati, karena penerapan protokol kesehatan pada anak-anak itu lebih sulit. Mereka kalau sudah ketemu kawannya seperti itu, makanya harus hati-hati,” katanya.

Joni juga bilang, membuat keputusan pembelajaran tatap muka perlu disertai kajian epidemiologi. Kondisi wilayah tersebut zona hijau atau tingkat penularan Covid-19 juga harus sudah turun. Itu pun perlu diikuti tahapan prakondisi dan berulangkali simulasi disertai evaluasi.

“Kalau pendapat saya, mesti hijau dulu. Artinya Rt-nya (reproduksi efektif) di bawah satu. Penularannya sudah mulai menurun dan tidak ada case. Artinya, kans untuk timbulnya penyakit itu kecil,” kata Joni.

Evaluasi kata Joni juga perlu disertai testing secara periodik. Dia mencontohkan testing periodik yang dilakukan pada petugas medis yang menangani Covid-19 selama ini.

“Mungkin dilakukan periodik testing, seperti yang kita lakukan di rumah sakit. Itu ada periodik testing setiap dua minggu orang yang kita tugaskan merawat pasien Covid kita lakukan tes apakah dia tertular atau tidak. Kalau enggak tertular, ya, istirahat, kalau tertular, ya, isolasi. Mungkin pada anak-anak juga demikian,” katanya.

Joni mengingatkan kepada pemerintah daerah agar mempertimbangkan dengan matang terkait keputusan sekolah tatap muka. Belajar dari pengalaman di China setelah mereka menerapkan sekolah tatap muka dengan proteksi tapi masih bobol banyak yang positif.

“Anak-anak itu gejalanya tidak terlalu khas. Hati-hati. Bahkan Ikatan Dokter Indonesia sendiri mengatakan sangat harus hati-hati. Anda lihat pengalaman di China, masuk anak-anak dengan kayak gitu proteksinya, tapi apa yang terjadi, dua minggu kemudian 70 positif. Oleh karena itu harus hati-hati,” katanya.

Sekadar diketahui, Pemkot Surabaya berencana memulai pembelajaran tatap muka untuk siswa jenjang SMP. Ada 21 SMP yang telah disiapkan simulasi sebagai pilot project. Namun, Pemkot Surabaya masih mengkaji dan evaluasi sebelum kebijakan ini diterapkan. (bid/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs