Jepang berencana untuk menghentikan penjualan mobil bertenaga bensin pada pertengahan 2030-an, meski mendapat berbagai kritik, seperti dari pemimpin Toyota Motor Corporation yang menganggap peralihan cepat ke kendaraan listrik dapat melumpuhkan industri mobil.
Rencana yang dirilis hari Jumat (25/12/2020) mengikuti langkah serupa oleh negara bagian California dan negara-negara besar Eropa. Namun rencana itu menghadapi penolakan dari para eksekutif otomotif di negara yang masih menghasilkan jutaan mobil setiap tahun yang hanya menggunakan mesin bensin.
Mengutip laporan Asian Wall Street Journal yang dilansir Antara, Minggu (27/12/2020), Jepang masih akan mengizinkan penjualan mobil hybrid (gabungan mesin bensin dan listrik) setelah 2035.
Banyak model dari pembuat mobil top Jepang seperti Toyota, Honda Motor Co dan Nissan Motor Co, yang datang dalam versi tradisional dan hybrid.
Awal bulan ini, Akio Toyoda Presiden Toyota mengatakan bahwa Jepang terlalu tergesa-gesa melarang mobil bertenaga bensin dan pindah ke kendaraan listrik.
“Model bisnis industri mobil saat ini akan runtuh,” ujarnya.
Toyoda mengatakan, jaringan listrik tidak dapat menangani permintaan musim panas tambahan. Ia juga mengamati bahwa sebagian besar listrik Jepang dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil.
Sedangkan di sisi lain, pemerintahan setempat mengatakan, pembuat mobil perlu merevisi model bisnis mereka.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menggelar konferensi pekan lalu untuk membahas target nol-emisi 2050. Rencana pengurangan gas rumah kaca, termasuk regulasi khusus, akan disusun pemerintah bulan ini.
Agenda tersebut juga mempromosikan pengembangan teknologi kendaraan listrik di generasi mendatang, seperti baterai solid-state. Jepang berencana untuk menetapkan target semua kendaraan yang dipasarkan di negara itu adalah kendaraan listrik dan hybrid pada petengahan 2030.
Pemerintah Jepang juga sedang mempertimbangkan pasar perdagangan kredit karbon di antara para pembuat mobil, sehubungan dengan kuota penjualan untuk kendaraan ramah lingkungan.
“Ini perlu dipertimbangkan seiring dengan kebijakan energi,” kata salah seorang peserta konferensi, dikutip Nikkei Asia.
Jepang akan merevisi rencana energi dasarnya tahun depan. Persoalannya adalah sejauh mana memperluas pangsa pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Sasaran fiskal 2030 adalah mencapai 22 persen hingga 24 persen, naik dari rasio 18 persen pada fiskal 2019.
Sementara negara-negara besar Eropa memiliki target sekitar 40 persen.(ant/tin)