Untuk menghadapi tatanan normal baru kepariwisataan pasca dibukanya separuh destinasi wisata di Jawa Timur, Dinas Pariwisata Provinsi Jatim menyiapkan tata kelola sesuai protokol kesehatan.
Penyiapan tata kelola kepariwisataan ini terutama agar dunia pariwisata di Jatim tetap bisa tetap bersaing dengan destinasi wisata di negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Australia, Eropa, dan Jepang.
“Kita (dunia pariwisata Jatim) dihadapkan dengan keadaan yang harus komprehensif dalam menghadapi persaingan pariwisata yang akan menjadi besar dan kuat dengan negara lain,” kata Sinarto Kepala Dinas Pariwisata Jatim.
Para pelaku wisata di Jatim, kata dia, harus mempersiapkan diri untuk memberikan layanan sekaligus memastikan kesehatan wisatawan. Sehingga persaingan bukan hanya persoalan indah tidaknya tujuan wisata.
“Artinya, tata kelolanya, terutama bagi wisatawan asing, yang pertama adalah tata kelola keindahan tujuan wisata supaya bisa menarik wisatawan. Kedua tata kelola untuk memastikan kesehatan wisatawan,” ujarnya.
Ini perlu dilakukan, kata Sinarto, karena Pandemi Covid-19 mengubah pola pikir wisatawan tentang tingkat kepuasan. Menurutnya, wisatawan ingin melihat yang indah tapi harus tetap bis menyehatkan.
“Nah, ini menambah pekerjaan penting di kepariwisataan. Kami masih menyusun penyempurnaan itu: re-opening tempat wisata dengan tata kelola memenuhi protokol kesehatan. Karena semuanya sama-sama menghadapi Covid-19,” ujarnya.
Sinarto bilang, sejauh ini, di masa tatanan normal baru, wisatawan mancanegara memang tidak banyak yang datang ke destinasi wisata di Jatim. Apalagi masih ada pembatasan penerbangan baik dari negara maupun dari dalam negeri.
Namun, belakangan dia dapat laporan dari Pengelola Bromo. Ternyata sudah ada wisatawan asing yang datang. “Saya juga kaget. Nanti saya konfirmasi, itu (wisman) dari Bali yang tidak bisa pulang atau perjalanan penerbangan langsung, atau bagaimana?” terangnya.
Dia memungkinkan, Wisman yang berkunjung ke Bromo dan dilaporkan kepadanya oleh pengelola Bromo itu bisa jadi merupakan ekspatriat yang berdomisili di Bali, yang dengan adanya pembukaan kembali wisata di Jatim mereka ingin memanfaatkan.
“Kemungkinan mereka yang tinggal di Indonesia karena bekerja di sini,” katanya.
Perlu diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim menunjukkan, kunjungan wisman melalui pintu masuk Bandara Juanda pada Juli lalu mengalami penurunan mencapai 21,65 persen dibandingkan Juni 2020.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, kunjungan wisman menurun dari 97 kunjungan pada Juni menjadi hanya 76 kunjungan pada Juli.
Dibandingkan bulan yang sama 2019, jumlah Wisman ke Jatim kali ini mengalami penurunan sebanyak 99,69 persen. Karena pada Juli 2019 lalu tercatat ada sebanyak 24.913 kunjungan wisman ke Jatim.(den/lim)