Jumat, 22 November 2024

Jangan Panik Berlebihan Soal Covid-19

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Ilustrasi. Petugas medis dengan pakaian pelindung merawat pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara untuk menerima pasien dengan gejala ringan akibat virus novel corona, di Wuhan, provinsi Hubei, China, Rabu (5/2/2020). Foto : China Daily/Reuters/Antara

Pada Senin 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama virus corona jenis baru Covid-19 di Indonesia setelah dua bulan lebih virus tersebut menyebar ke seluruh dunia, namun tidak ke Tanah Air.

Tidak lama setelah pengumuman dua WNI positif itu, muncullah kepanikan dari masyarakat Indonesia akan ketakutan dari virus yang baru ditemukan pada Desember 2019. Gambaran virus baru yang menyerang kota Wuhan dan banyak provinsi di China daratan seperti yang banyak bersebaran di media sosial: orang-orang berjatuhan di trotoar, jalanan sepi, toko tutup, kota dikarantina, ekonomi mati, sepertinya begitu melekat sehingga memicu ketakutan.

Ramai-ramai orang memborong bahan makanan di pasar swalayan, memborong masker dan hand sanitizer yang harganya melambung gila-gilaan, beredar informasi membuat masker dan sanitizer alternatif, dilarang bersalaman, siswa ke sekolah diwajibkan pakai masker dan lain sebagainya.

Takut itu wajar. Namun perlu juga dilihat bagaimana perbedaan kondisi antara Indonesia dengan negara-negara lain yang sudah menjadi wabah virus dengan nama resmi SARS-CoV 2.

Achmad Yurianto Sekretaris Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan  yang juga merupakan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 menyampaikan informasi terbaru yaitu dua kasus baru Covid-19 di Indonesia sehingga totalnya menjadi empat kasus. Sementara jumlah kasus di tempat yang menjadi episentrum di China 80.565, di Korea Selatan 5.766, Iran 2.922, Italia 3.089.

Memang ada kemungkinan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia akan bertambah mengingat virus ini menular melalui kontak dekat antara orang yang sakit kepada orang yang sehat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan tiap daerah sedang melakukan pelacakan riwayat kontak guna memutus mata rantai penularan.

Melansir tulisan Aditya Ramadhan Antara, biarkan pemerintah melakukan tugasnya, dan masyarakat juga seharusnya melakukan tugasnya untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk yang diakibatkan dari adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Hal paling utama adalah tidak perlu panik, cari dan baca informasi dari sumber-sumber yang resmi, saring informasi yang belum tentu benar atau bahkan hoaks yang berseliweran di jagat maya dan terapkan apa yang dianjurkan untuk mencegah penularan virus ini.

Dua kata “Jangan Panik” adalah yang paling sering didengar atau dibaca dari berbagai berita atau informasi terkait Covid-19. Namun, untuk lebih meyakinkan bahwa masyarakat sebenarnya perlu benar-benar tenang adalah mengenai karakteristik virus Covid-19 yang sebenarnya tidak begitu ganas juga.

Karakteristik Virus

Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus Direktur Jenderal Organsisasi Kesehatan Dunia menjelaskan bahwa Covid-19 memiliki kemiripan dengan virus influenza, yaitu sama-sama menular melalui percikan cairan yang keluar dari hidung dan mulut orang yang sakit.

Ada beberapa perbedaan penting pada kedua virus tersebut. Virus influenza lebih menular ketimbang Covid-19 karena virus flu musiman sebagian besar melakukan penularan dari orang yang terinfeksi tapi belum sakit kepada orang yang sehat. Sementara Covid-19 memiliki kemampuan itu hanya terjadi di 1 persen dari keseluruhan kasus.

WHO mengatakan virus influenza tidak mungkin untuk dikendalikan, tapi virus Covid-19 ini sangat memungkinkan untuk dikendalikan. Berdasarkan laporan dari studi di China disebutkan bahwa Covid-19 tidak bisa menular secara bebas di tengah-tengah masyarakat luas.

Covid-19 hanya bisa menular melalui kontak dekat, yaitu orang yang membawa virus harus berhubungan dekat seperti mengobrol, berdansa, merawat, tinggal serumah, untuk bisa menulari orang yang sehat. Oleh karena itu tugas dari pemerintah adalah mencari setiap orang yang pernah ditemui oleh kasus pertama Covid-19 guna memutus rantai penularan.

dr Erlina Burhan Sp.P(K) Dokter spesialis paru dari Ikatan Dokter Indonesia yang tergabung dalam Satgas Penanganan COVID-19 yang dibentuk IDI menyebut angka kesembuhan dari penyakit Covid-19 sekitar 97 persen. WHO menyebut 3,4 persen dari seluruh kasus yang ada menyebabkan kematian, yang artinya 96,6 persen yang menderita Covid-19 bisa sembuh. Dari 90 ribu lebih kasus Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, sebanyak 50 ribu lebih penderitanya telah sembuh.

Memang Covid-19 merupakan virus baru yang berumur kurang dari tiga bulan sehingga belum ada obat untuk penyembuhan atau vaksin untuk pencegahan. Namun, sifat virus adalah self limiting disease yang artinya penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut bisa sembuh dengan sendirinya.

Erlina menjabarkan bagaimana proses penyembuhan tersebut. Orang yang terinfeksi Covid-19 harus segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan. Dokter memberikan perawatan yang sifatnya terapi simptomatik dan suportif.

Tenaga kesehatan mengobati gejala yang disebabkan oleh virus seperti memberikan obat parasetamol untuk pasien yang sakit kepala, dan memberikan dukungan seperti respirator oksigen untuk alat bantu napas apabila pasien mengalami sesak. Dengan perawatan yang maksimal dan istirahat cukup, imunitas pasien akan meningkat dan melawan virus yang bersarang di dalam tubuh hingga akhirnya sembuh.

Erlina menyebutkan lebih dari 80 persen gejala dari Covid-19 ini hanyalah gejala ringan seperti flu biasa. Sementara gejala berat hingga menyebabkan kematian rata-rata dialami oleh para lansia dan orang yang sudah memiliki penyakit kronis sebelumnya seperti diabetes, gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung dan lain sebagainya. Sementara orang-orang muda yang sehat dengan imunitas tubuh yang tinggi lebih banyak sembuh.(ant/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs