Dr. Daeng M Faqih Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, virus corona jenis baru (2019-nCoV) tingkat keganasannya lebih rendah dibandingkan dengan virus MERS dan flu burung. Ini disampaikan kepada Radio Suara Surabaya, Senin (27/1/2020).
Tingkat kematian akibat virus MERS dan flu burung, kata Dr. Daeng, bisa mencapai 70-80 persen. Sedangkan virus corona sekitar 5 persen.
“Jadi dari segi keganasan jauh lebih rendah dari virus-virus flu burung. Untuk itu tidak boleh panik,” kata dia.
Dr Daeng mengakui, pengobatan spesifik atau vaksin untuk virus jenis baru ini belum ditemukan. Berdasarkan informasi dari para ahli World Health Organization (WHO), vaksin virus korona baru akan diuji coba 3 bulan lagi.
Untuk saat ini, lanjut dia, pengobatan yang bisa dilakukan dokter yaitu dengan terapi suportif atau menjaga stamina badan. Dengan imunitas yang kuat, dinilai dapat melawan virus korona.
“Yang dilakukan oleh dokter sementara ini adalah terapi suportif. Yaitu badan dibuat supaya tetap sehat agar badan bisa melawan virus. Karena infeksi virus ini pada umumnya adalah infeksi yang kemudian pada waktu-waktu tertentu bisa sembuh sendiri,” kata dia.
Meski demikian, masyarakat juga diminta untuk melakukan antisipasi agar tidak terjangkit virus corona. Di antaranya, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti cuci tangan sebelum makan, dan menggunakan masker apabila di sekitarnya terdapat penderita flu.
Kemudian yang terpenting, sebaiknya menunda keberangkatan menuju daerah atau negara yang menjadi pusat penyebaran virus tersebut. Apabila mengalami gejala sesak, panas, batuk, pilek, dan nyeri otot segera memeriksakan diri ke dokter.
“Cara menentukan virus itu memang harus ada riwayat kontak dengan orang yang suah tertular atau penderita atau orang yang diciurigai penderita. Atau punya riwayat kedatangan dari tempat pusat virus itu. Jadi sebelum melewati dua minggu, orang-orang yang datang dari tempat pusat virus harus terus diawasi,” kata dia. (ang/rst)