Prof Zubairi Djoerban Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan hingga saat ini belum ada obat untuk anti virus korona yang sedang melanda beberapa negara.
“Belum ada obat anti virusnya,” kata dia di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan masyarakat yang terserang virus tersebut biasanya ditandai dengan beberapa hal, di antaranya batuk, pilek, demam panas, sesak napas, dan nyeri otot dan gejalanya muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar.
Meskipun demikian untuk mencegah virus tersebut menyebar, masyarakat disarankan beberapa hal yaitu cuci tangan menggunakan sabun atau air mengalir selama 20 detik atau dengan sanitizer alkohol.
Selanjutnya hindari mengusap mata, hidung, dan mulut sebelum cuci tangan. Menghindari kontak dengan pasien terjangkit virus, tinggal di rumah apabila sakit, tutup mulut maupun hidung saat bersin.
Ia mengatakan berdasarkan penelitian, kasus yang terjadi di Kota Wuhan Cina, sebanyak 763 orang yang sudah melakukan kontak erat dengan pasien korona. Awalnya tidak satu pun tertular.
“Awalnya kita kira penularan dari manusia ke manusia tidak ada, namun kemudian telah terjadi penularan dari manusia,” ujar dia.
Kasus yang terjadi di Wuhan juga berawal dari masyarakat setempat mengkonsumsi ular. Setelah diteliti, ternyata ular tersebut memangsa kelelawar yang sudah terserang virus korona.
“Dari penelitian yang dilakukan, ular tersebut memangsa kelelawar, kemudian ular itu dimakan manusia sehingga terserang virus korona,” ujar dia.
Saat ini, ujar dia, beberapa kota di China telah dikarantina sehingga akses transportasi yaitu bus, kereta api, pesawat dan sebagainya tidak boleh keluar. Kalau pun ingin keluar, harus memiliki izin khusus, namun sulit diperoleh.(ant/iss/ipg)