Khofifah Indar Parawansa Gubernur memastikan, kapasitas tempat tidur rumah sakit di Jawa Timur masih aman. Keterisian tempat tidur di Jatim masih di bawah 60 persen meski terjadi peningkatan angka konfirmasi positif Covid-19.
Khofifah mengutip laporan Ketahanan Kesehatan Dalam Menjalani Tatanan Hidup Kementerian Kesehatan RI per tanggal 8 September 2020 kemarin. Jawa Timur saat ini punya kapasitas bed isolasi mencapai 6.611 bed.
Dari jumlah kapasitas itu, yang sudah dipakai untuk merawat pasien sebanyak 3.221 bed. Angka ini, kata Khofifah, masih lebih tinggi daripada Jawa Barat yang kapasitasnya 4.477 bed sedangkan yang terisi 1.724 bed.
Kapasitas tempat tidur di Jatim juga lebih tinggi dari DKI Jakarta yang hanya punya 4.417 tempat tidur rumah sakit dan yang sudah terisi 3.776 bed. Demikian juga dari Jawa Tengah dengan kapasitas 3.664 bed dengan 2.110 bed terisi.
Berdasarkan data laporan dari Kemenkes itu, Jatim menjadi wilayah dengan kapasitas tempat tidur isolasi tertinggi di Indonesia. Sedangkan jumlah ruang perawatan intensif (ICU) di Jatim saat ini sebanyak 860 bed.
“Alhamdulillah, bed isolasi di Jawa Timur relatif cukup. Bed Occupancy Rate (BOR)-nya sekarang 49 persen, artinya prosentase ini ideal dan sesuai standar BOR WHO, yakni dibawah 60 persen,” tutur Mantan Menteri Sosial itu.
Dia sampaikan itu ketika menghadiri penutupan dan Wisuda Diklatpim II di Kantor BPSDM Provinsi Jatim, Jalan Balongsari Tama Tandes Surabaya, Jumat (11/9/2020).
Sedangkan kapasitas ICU isolasi Jatim mencapai 860 bed dengan keterisian hanya 72 bed. Angka ini lebih tinggi dari Jabar yang mana punya 738 bed dengan keterisian 30 bed, Jawa Tengah dengan 721 bed dengan keterisian 30 bed dan DKI Jakarta 574 bed terisi 250 bed.
“Ini semua, buah dari ikhtiar Pemprov Jatim bersama Pemkab/Pemko untuk meningkatkan jumlah bed isolasi. Dari Maret 525 bed, sekarang naik 12 kali lipat menjadi 6.611 bed,” ungkap orang nomor satu Jatim ini.
Gubernur perempuan pertama Jatim ini tetap menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan patuh pada protokol kesehatan. Ini mengingat munculnya beberapa klaster baru dalam beberapa minggu ini.
Dia berpesan agar masyarakat membatasi aktivitas beresiko tinggi demi mencegah terjadinya penularan Covid-19. Namun dia minta masyarakat agar menghilangkan stigma buruk kepada warga yang terkena Covid-19.
Fenomena stigma ini membuat pasien dengan gejala Covid-19 takut ke rumah sakit sehingga mereka akhirnya tiba ketika gejala sudah berat. Padahal jumlah bed isolasi dan ICU isolasi di Jawa Timur relatif masih cukup.
“Terlambatnya penanganan pasien positif ini dipengaruhi oleh adanya stigma sehingga masyarakat takut untuk ke Rumah Sakit untuk diperiksakan Covid-19, padahal saat ini bed isolasi kita masih cukup,” ujar Khofifah.
Sebelumnya, di awal bulan Juli telah dilaporkan bahwa bed isolasi di Jawa Timur mengalami overload, khususnya Surabaya Raya. Beberapa rumah sakit di Jatim juga dilaporkan memiliki Bed Occupancy Rate lebih dari 80 persen.
Pemprov Jatim selanjutnya mengambil langkah cepat dengan mendirikan RS Darurat Lapangan Indrapura bersama dengan pemerintah pusat, TNI, Polri serta menambah RS Rujukan dari yang sebelumnya 44 RS awal April jadi 127 RS rujukan.
Kedua langkah ini, menurutnya, cukup efektif untuk mengatasi kondisi overload itu.
“Di RSUD Soetomo, pasien Covid-19 yang dirawat juga turun. Bulan Mei 223 orang dan memuncak menjadi 622 orang pada Juni. Lalu di Juli turun jadi 486 orang dan 379 pada Agustus,” kata Koni Wahyuhadi selaku direktur RSUD Dr Soetomo.
Sementara itu, sesuai arahan Joko Widodo Presiden agar terus meningkatkan kapasitas 3T yakni testing, tracing, dan treatment. Dalam 5 bulan terakhir Jatim juga melakukan testing dan tracing yang cukup masif.
Laporan Ketahanan Kesehatan dalam Menjalani Tatanan Hidup dari Kemenkes RI pada 8 September lalu menyebutkan, Jumlah Pemeriksaan Spesimen PCR 26 Mei-7 September 2020 di Jatim menduduki peringkat dua setelah Jakarta.
Jatim sudah melakukan tes swab dengan metode PCR terhadap 169.016 orang. Sedangkan DKI Jakarta sudah melakukan swab terhadap 295.626 orang warganya. Jawa Tengah mengikuti mencapai 136.456 orang dan Jawa Barat 134.548 orang.(den/tin)