Jumat, 22 November 2024

Drone Erasty untuk Keselamatan Kerja, Raih Penghargaan Internasional

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Drone Erasty untuk pemantaua keselamatan kerja karya tim ITS, raih penghargaan internasional. Foto: Humas ITS

Raih penghargaan internasional Honorable Mention di ajang Expocytar Web 2020 di Argentina, tim Bramunastya ITS kembangkan pesawat tanpa awak (drone) Erasty untuk peningkatan keselamatan kerja.

Muhammad Adrian Fadhilah, Ketua Tim Bramunastya, menerangkan bahwa tindakan tidak aman kerap terjadi karena kelalaian pekerja, misalnya tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, kondisi tidak aman yang muncul di lingkungan kerja adalah kebocoran gas dan percikan api yang menimbulkan kebakaran.

Adrian sapaan Adrian Fadhilah menambahkan saat ini pengawasan yang dilakukan di lingkungan kerja hanya dilakukan secara manual oleh individu dengan menggunakan CCTV. Menurutnya, pengawasan manual memiliki banyak kekurangan karena pemantauan memiliki banyak titik buta, tidak dapat mendekati titik-titik yang tidak jelas. “Pengawasan juga terbatas pada lingkungan kerja yang berbahaya bagi manusia,” terang Adrian mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ini.

Dibawah bimbingan dosen, Dr Adhitya Sudiarno ST MT, Adrian bersama kedua rekannya menciptakan Erasty (Environment and Human Safety Surveillance) sebagai inovasi teknologi drone yang terintegrasi dengan Artificial Intelligence (AI) untuk mencegah terjadinya kecelakaan di lingkungan kerja.

Lewat inovasinya tersebut, tim Bramunastya membekali drone dengan kecerdasan buatan (AI) dan sensor guna mendeteksi tindakan serta kondisi tidak aman di tempat kerja. Adrian memaparkan, AI yang digunakan Erasty adalah sejenis algoritma pembelajaran mesin bernama You Only Look Once (YOLO) yang dibuat untuk keperluan deteksi objek.

Tim yang juga beranggotakan Alif Aditya Wicaksono dari Departemen Teknik Komputer serta Hammam Dhiyaurrahman dari Teknik Sistem dan Industri ini kemudian melatih algoritmanya dengan memasukkan 2.323 label data yang terbagi menjadi lima parameter.

Sehingga, lanjut Adrian, setelah melakukan pelatihan pada algoritma selama satu bulan, Erasty mampu melakukan deteksi objek dengan parameter manusia, helm pengaman, rompi pengaman, jaket las, dan sarung tangan. “Algoritma YOLO dipakai karena memiliki penyimpanan yang kecil dan optimal dalam mendeteksi objek,” papar mahasiswa angkatan 2018 ini.

Selain itu, Adrian beserta tim juga melengkapi Erasty dengan sensor gas intelijen dan detektor konsep api untuk menghindari kondisi yang tidak aman. Setelah melakukan pengujian di laboratorium, Adrian menjelaskan bahwa AI Erasty dapat mendeteksi dengan akurasi 90,87 persen selama sekitar 410 milidetik. Sedangkan sensor konsep intelligence gas dan flame sensor dapat mendeteksi pada jarak hingga 120 cm.

Hasil ini cukup membuat Adrian dan tim gembira. Pasalnya, menurut Adrian, penelitian yang dimulai sejak Desember 2019 lalu ini sempat tersendat karena ditutupnya kampus serta Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja akibat Covid-19 sejak Maret lalu. “Karenanya, Erasty dapat mencegah tindakan dan kondisi tidak aman dari pengambilan video drone dalam waktu kurang dari satu detik,” kata Adrian.

Hasilnya tidak mengecewakan, inovasi yang pengembangannya sudah sampai versi betha ini berhasil mendapat Honorable Mention pada Expocytar Web 2020 yang diadakan di Argentina.

Kompetisi yang diikuti oleh ratusan peserta dari sejumlah negara di Amerika, Eropa, dan Asia ini sendiri diselenggarakan oleh Milset America Latin (Amlat), Sarla Rosa-la Parpa Argentina, and Red Arciteco. Expocytar Web 2020 merupakan ajang exhibition untuk peserta yang mampu membuka peluang bisnis dan membagikan kreasi serta karya inovasi mereka di ajang internasional.

Sebelumnya, dijelaskan oleh Adrian, inovasi ini juga berhasil menyabet dua penghargaan bergengsi pada ajang World Invention Competition and Exhibition (WICE), September lalu. Tim ini berhasil meraih medali emas pada kategori Applied Physics and Engineering serta meraih Special Award dari World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA). “Special Award dari WIIPA ini termasuk jajaran penghargaan yang tinggi,” tambah Adrian.

Saat ditanya bagaimana awal mula ide ini tercetus, Adrian mengaku terinspirasi dari diskusi dengan dosen pembimbingnya, Dr Adhitya Sudiarno ST MT. Menurut dosen yang akrab disapa Adith tersebut, ia tergerak tatkala mengikuti kerja sama profesional dalam pengembangan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia sejak 2018 hingga sekarang.

“Alhamdulillah banyak hal yang dapat kami pelajari dan ikuti sebagai karya inovasi tambahan,” tegas Adith. Lebih lanjut, Adith mengatakan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk menyempurnakan Erasty. “Agenda pengembangan Erasty untuk tahap berikutnya telah disusun sesuai dengan roadmap riset di lab kami,” pungkas Adith.(tok/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs