Pemerintah memberikan kabar baik dengan tibanya vaksin Covid-19 di Indonesia. Meski demikian, sebelumnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menegaskan bahwa izin penggunaan darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA) masih harus menunggu uji klinis fase 3 rampung dilaksanakan.
dr. Reisa Brotoasmoro Juru Bicara Pemerintah mengatakan selain uji klinis fase 3, vaksin Covid-19 juga harus melalui tahap uji dari Badan POM. “Kepala Badan POM dr Penny Lukito sudah menegaskan bahwa izin penggunaan darurat akan diberikan dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan dan khasiat yang terbukti efektif mmebangun kekebalan tubuh terhadap virus Sars-Cov2 penyebab Covid-19,” ucap Reisa melalui keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (13/12/2020).
Jajaran kabinet yang dipimpin Joko Widodo Presiden juga telah menegaskan bahwa kedatangan vaksin Covid-19 cukup penting. Dan ini adalah upaya persiapan kegiatan vaksinasi secara nasional yang akan datang. Saat ini vaksin tersebut disimpan dengan aman dan dalam suhu yang terjaga. Hingga nanti distribusi vaksin ke seluruh Indonesia akan diawasi menggunakan teknologi tinggi agar tepat sasaran.
Bagi masyarakat yang sudah masuk daftar penerima, akan mulai divaksin. Tahap pertama akan diberikan kepada kelompok yang berisiko tinggi tertular Covid-19. Yaitu para tenaga kesehatan dan aparat yang membantu proses penelusuran, pengujian dan perawatan pasien Covid-19. “Sebagai lini pertahanan terakhir, tentunya mereka harus dilindungi segera,” imbuhnya.
Nah, bagi masyarakat yang belum divaksin, Reisa mengajak masyarakat sama-sama mencegah penularan Covid-19. Caranya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Karena vaksin bukan satu-satunya cara mencegah penularan.
Para ahli saat ini katanya mulai khawatir di dalam tubuh orang yang tertular. Fenomena ini dinamakan kondisi long Covid-19, suatu gejala yang masih dialami seseorang, baik yang dialami penyintas, maupun pasien-pasien yang masih mengalami gejala-gejala seperti saat terinfeksi Covid-19.
“Tentu saja kita semua berharap vaksin dapat menurunkan kesakitan, kematian dan efektif membangun kekebalan khusus terhadap virus ini. Namun, sekalipun vaksin ada, sekali lagi 3M lah yang utama. Lindungi diri, lindungi keluarga, lindungi sesama,” saran Reisa.
Untuk itu, akan lebih baik masyarakat melakukan pencegahan dari tertular Covid-19. Masyarakat, kata Reisa adalah barisan terdepan pencegahan penularan Covid-19 adalah masyarakat itu sendiri.
“Ditambah upaya pendukung 3T yaitu Testing (pemeriksaan), Tracing (pelacakan) dan Treatment (perawatan), terbukti ampuh. Dengan demikian kita bisa menaklukkan virus penyebab Covid-19 dan menghentikan pandemi ini,” lanjut Reisa.
Masyarakat juga diminta jangan lengah dalam menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pakailah masker dengan benar dan hindari berkerumun. Karena dengan kendurnya penerapan protokol kesehatan, terbukti kasus positif Covid-19 meningkat pada November hingga pekan pertama Desember. Akibatnya fasilitas medis yang ada kewalahan menangani pasien.
“Pelaksanaan 3M masih menjadi tantangan selama pandemi hampir setahun ini. Apalagi akhir tahun sudah di depan mata, jangan sampai kita menambah kasus baru. Kita harus putus penularan Covid-19 sekarang juga,” ajak Reisa.(iss)