Sabtu, 23 November 2024

DPR Ingatkan Menkeu Tak Seenaknya Ubah Postur APBN

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Mukhamad Misbakhun anggota Komisi XI DPR RI. Foto: dok./Faiz suarasurabaya.net

Mukhamad Misbakhun anggota Komisi XI DPR menilai Sri Mulyani Indrawati (SMI) Menteri Keuangan (Menkeu) gagal membuat prediksi akurat tentang indikator ekonomi yang penting. Penilaian Misbakhun itu didasari pada kondisi riil tentang angka pertumbuhan ekonomi dan pelebaran angka defisit.

Legislator Partai Golkar itu mengatakan, Menkeu dalam rapat dengan DPR pada 30 April 2020 menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal I di kisaran 4,5-4,7 persen.

“Ternyata pada 5 Mei 2020 BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Q1 (kuartal I), pada tingkat 2,97 persen,” ujar Misbakhun melalui layanan pesan kepada wartawan, Senin (18/5/2020) malam.

Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan itu juga mengkritisi SMI yang baru saja mengoreksi besaran defisit APBN 2020. Misbakhun menjelaskan, Menkeu menyampaikan kepada Komisi XI DPR bahwa angka defisit dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 Tentang Perubahan Postur Dan Rincian APBN TA 2020 dipatok pada angka 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Namun Bu Menkeu dalam jumpa pers secara virtual Senin sore mengumumkan bahwa ada pelebaran defisit APBN menjadi 6,27 persen. Jadi defisitnya melonjak dari Rp 852,9 triliun menjadi sekitar Rp 1.028,5 triliun,” tutur Misbakhun.

Dia mengaku sudah sejak jauh-jauh hari menduga akan ada pelebaran angka defisit dari 5,07 persen sebagai prakiraan awal. Sebab, pemerintah memang harus menghadapi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang berefek ke seluruh sektor perekonomian.

Namun, Misbakhun mengaku tak menyangka SMI mengoreksi besaran defisit menjadi 6,27 persen. Selain itu, wakil rakyat asal Pasuruan tersebut juga mengaku kaget karena Menkeu mengumumkan pelebaran angka defisit langsung ke media ketimbang menyampaikannya terlebih dahulu kepada DPR.

“Saya cukup kaget kenapa Bu Menkeu menyampaikan itu terlebih dahulu ke media dan bukan kepada kami di DPR. Saat Komisi XI rapat terakhir dengan Menkeu sebelum memasuki masa reses sudah disampaikan bahwa sangat terbuka untuk menggelar rapat di luar masa sidang karena ada agenda penting dan mendesak terkait APBN dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional,” sambung Misbakhun.

Oleh karena itu Misbakhun menganggap SMI gagal membuat prediksi yang tepat.

“Perubahan besaran defisit ini menjadi bukti bahwa Menteri Keuangan gagal melakukan prediksi yang akurat soal indikator ekonomi yang penting,” tegasnya.

Misbakhun mengingatkan Menkeu memanfaatkan dukungan politik DPR dalam merumuskan kebijakan.

“Jangan malah terkesan seenaknya membuat prediksi dan melakukan perubahan justru di saat postur angka-angka yang ada di APBN baru saja disusun,” kata dia.

Lebih lanjut Misbakhun mengatakan, kredibilitas dan kemampuan seorang Menkeu juga ditentukan ketepatan dalam menyusun prediksi dalam APBN. Ia justru mengkhawatirkan Joko Widodo Presiden akan menanggung efek dari kesalahan Menkeu dalam merumuskan kebijakan.

“Menteri itu menjalankan mandat presiden. Jangan sampai karena Menkeu tidak bisa menyusun angka-angka dengan baik dan sering mengubah postur APBN membuat Jokowi Presiden menerima banyak kritik,” pungkas Misbakhun. (faz/ang/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs