Seiring dengan merebaknya virus corona jenis baru atau COVID-19, Dr. Joni Wahyuhadi Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya menyebut di masyarakat mulai muncul fenomena Corona Phobia, atau rasa ketakutan yang berlebihan terhadap penyebaran virus corona.
Menurutnya, ini dikarenakan COVID-19 merupakan virus corona jenis baru dengan penyebaran yang masif, yang ‘perilaku’ virusnya masih belum diketahui secara detail, khususnya oleh tim dokter dan tenaga medis. Sehingga, saat pemeriksaan belum mendalam, tim medis sudah mengirimkan sampel untuk segera dites COVID-19.
“Problem utama di Surabaya dan Jatim dan beberapa provinsi juga, karena ini hal baru, banyak yang Corona Phobia. Corona Phobia itu, rumah sakit maupun dokter fobia sama corona, jadi batuk pilek biasa tidak dicek secara mendalam, langsung dikirim, langsung dikirim. Setiap hari kami terus menerima telepon dari rumah sakit,” kata Dr Joni Wahyuhadi saat on air di Radio Suara Surabaya dalam program “Jawa Timur Menyapa”, Kamis (19/3/2020).
Semua rumah sakit di Jawa Timur, menurutnya, penting untuk menyepakati prosedur apa yang akan dilakukan, agar penanganan COVID-19 lebih optimal dari sisi medis.
Untuk itu, pada Kamis siang ini, rencananya Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim akan berkoordinasi dengan direktur-direktur rumah sakit se-Jawa Timur, untuk menyamakan persepsi itu. Pertemuan itu nantinya juga akan membahas perkembangan virus yang dan diagnosa medis.
“Pelaporan-pelaporan case (kasus) juga bisa bervariasi dari hari ke hari, karena ini barang baru, sehingga diagnostiknya juga terus berkembang. Semoga segera dapat kesepakatan, terlebih penanganan yang dipimpin oleh bapak Sekda, dengan data yang akurat bisa dilakukan pencegahan-pencegahan,” tambah Joni.
Sementara itu Heru Tjahjono Sekda Provinsi Jatim sekaligus Komandan Satgas Penanganan COVID-19 di Jawa Timur mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh pemerintah daerah di Jawa Timur, untuk melakukan tracking (pelacakan) warganya yang sempat kontak dengan pasien positif corona maupun yang usai melakukan perjalanan dari luar negeri.
“Kami meminta seluruh Pemda untuk tracking, mudah-mudahan perkembangan ini semakin membaik,” ujarnya.
Sebelumnya pada Rabu (18/3/2020) malam, Khofifah Gubernur meluncurkan website self assessment (penilaian mandiri) yang beralamat checkupcovid19.jatimprov.go.id. Website ini diluncurkan agar masyarakat bisa menilai diri sendiri apakah termasuk orang dengan risiko atau tidak.
Sejumlah pertanyaan akan muncul dan harus dijawab masyarakat pengakses.Dari sana, pengakses akan mendapat kesimpulan dari semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, apakah pengakses berisiko tertular COVID-19 atau tidak, dan apa yang harus mereka lakukan.
Kalau pengakses berisiko, akan ada saran agar mereka segera memeriksakan diri ke faskes terdekat atau mengisolasi diri di rumah dan menghubungi Call Center 1500 117 untuk konsultasi lebih lanjut.
Khofifah mengatakan, website ini dia harap bisa mengonfirmasi kebutuhan masyarakat atas gejala-gejala yang mereka alami di tengah wabah COVID-19 yang juga sudah masuk ke Jawa Timur.(tin/ipg)