Jumat, 22 November 2024

Dalam Skema Gerakan Perjodohan, Kampus Harus Mengikuti Dinamika Kenormalan Baru

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi pendidikan vokasi (kejuruan). Foto: possore.com

Dengan adanya pandemi Covid-19, tatanan kehidupan dan kebiasaan manusia harus bisa beradaptasi dengan kenormalan baru. Demikian juga dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang harus mampu beradaptasi. Oleh karena itu untuk tahun 2020, kampus-kampus vokasi juga didorong untuk berkolaborasi dengan industri agar menghasilkan karya-karya riset terapan yang mendukung tanggap darurat Covid-19. Kampus dan industri juga harus duduk bersama untuk mengantisipasi kenormalan baru selepas pandemi ini.‎

“Bagaimana kurikulum dan skema pencapaian kompetensi sumber daya manusia dirancang bersama. Jadi, perubahan industri bergeser ke kondisi kenormalan baru, juga harus diikuti dinamikanya oleh kampus dan kurikulumnya,” ujar Wikan Sakarinto Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud melalui telekonferensi di Jakarta pada Rabu (27/5/2020).

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) mendorong terwujudnya “Paket Pernikahan“. Paket tersebut terdiri dari: (1) Kurikulum, disusun bersama industri di mana materi training dan sertifikasi di industri masuk resmi ke dalam kurikulum di kampus; (2) Dosen tamu dari industri rutin mengajar di kampus; (3) Program magang yang terstruktur dan dikelola bersama dengan baik; (4) Komitmen kuat dan resmi pihak industri menyerap lulusan; (5) Program beasiswa dan ikatan dinas bagi mahasiswa; (6) Bridging program di mana pihak industri memperkenalkan teknologi dan proses kerja industri yang diperlukan kepada para dosen sertifikasi kompetensi bagi lulusan diberikan oleh pihak industri; (7) Sertifikasi kompetensi bagi lulusan diberikan oleh pendidikan tinggi bersama industri; (8) Joint Research yaitu riset terapan dengan dosen yang berasal dari kasus nyata di industri; dan (9) Berbagai kegiatan/program ‘pernikahan’ lainnya

“Paket ‘pernikahan’ nomor 1 sampai dengan nomor 6 adalah paket pernikahan minimum. Paket nomor 7 sangat diharapkan terwujud, serta nomor 8 dan seterusnya, sangat baik bila terwujud,” kata Wikan.

Selain riset terapan, kampus juga didorong untuk melakukan program-program pengabdian masyarakat berbasis teknologi terapan untuk berperan dalam meringankan beban masyarakat selama pandemi berlangsung.

Saat ini sudah terjadi beberapa pernikahan antara kampus dengan industri pengguna lulusannya bahkan ada yang sudah mencapai “Paket Pernikahan” yang lengkap. Salah satu contoh yang sudah melaksanakan skema lengkap di atas adalah PT. PLN Persero bersama Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (PENS), Sekolah Vokasi UGM dan Sekolah Vokasi UNDIP.

Dari pernikahan tersebut, bersama-sama mendirikan program studi (prodi) ‘Sarjana Terapan (D4) Teknik Elektro’, yang khusus berfokus pada teknologi distribusi atau jaringan listrik. Dari contoh keberhasilan pernikahan antara PLN dengan pendidikan tinggi vokasi tersebut sehingga ada beberapa kemungkinan keberlangsungan kerja sama yaitu: (1) Bagi prodi atau kampus yang sudah melakukan “pernikahan” paket lengkap, didorong untuk meningkatkan kualitas kerja samanya, serta menambah jumlah industri mitra, mendirikan atau memperkuat teaching industry atau teaching factory, meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi vokasi ternama luar negeri, misalnya, di Jerman, Taiwan, Jepang. Selain itu, juga dapat memulai mempersiapkan mendirikan Magister (S2) Terapan yang juga “menikah” dengan industri; (2) Bagi prodi atau kampus yang sudah melakukan “pernikahan” tetapi belum dengan paket lengkap, didorong untuk meningkatkan lagi dan juga terbuka bila ingin melakukan peningkatan yang dideskripsikan pada nomor 1; (3) Bagi prodi atau kampus yang baru minim melakukan “pernikahan”, didorong untuk menghasilkan pernikahan yang lengkap; dan (4) Bagi prodi atau kampus yang belum melakukan “pernikahan”, didorong untuk menghasilkan pernikahan dengan “paket” minimum.(faz/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs