Sudah sebulanan ini Sugeng Priharyanto ‘akrab’ dengan Covid-19. Ia bukan dokter atau perawat. Tapi perannya tak kalah penting.
Dia adalah Supir Ambulans Dinas Sosial Surabaya yang selama sebulan ini, sudah mengantar dan menguburkan kira-kira 50-an jenazah positif dan PDP Covid-19 di Surabaya. Setiap harinya, ketika sedang bertugas, ia bisa mengantar satu sampai tiga jenazah pasien Covid-19.
“Selama ini, saya sampai lupa (berapa kali mengantar dan menguburkan jenazah). Saking banyaknya. Sudah mungkin 50-an lebih selama sebulan ini,” katanya bercerita.
Sedangkan, data dari Dinas Sosial, kira-kira para petugas ini dalam sehari bisa mengantar 4-5 jenazah pasien Covid-19.
Mengenang Waktu Pertama Kali Bertugas
Sejak Covid-19 melanda Indonesia dan Surabaya, Sugeng dan sejumlah temannya harus belajar hal baru yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mengantar dan mengubur jenazah dengan protokol Covid-19.
Sugeng saat ini tergabung di Posko Kalijudan dan bekerja shift bergantian setiap harinya. Ia yang sudah menjadi supir ambulans di Dinsos Surabaya sejak 2014 itu, mengenang waktu pertama mengantar dan mengubur jenazah pasien Covid-19.
Soal tanggal, ia sudah lupa, yang pasti di bulan April 2020. Tapi momennya tidak pernah ia lupakan. Waktu itu, ia harus mengantar jenazah bayi umur 10 bulan yang merupakan PDP di RSUD Dr. Soetomo.
“Prosedur (saat pertama kali) masih bingung. Arahannya cuman pakai APD komplit, mulai sepatu, APD (baju hazmat), sampai face shield. Agak dredeg-dredeg gimana. Waktu itu belum ada pelatihan, langsung terjun aja. Saya browsing-browsing gitu aja,” katanya mengingat-ingat.
Waktu itu, hanya ada beberapa orang yang memenuhi syarat dari sisi psikologis melaksanakan tugas baru ini. Data Dinsos Surabaya, hanya setengah dari petugas yang siap menjalankan tugas.
Kembali ke Sugeng, salah satu hal yang membuatnya berani mengambil tugas ini adalah keyakinannya pada keamanan pemulasaraan jenazah di rumah sakit. Ia berkeyakinan, semua proses pemulasaraan jenazah sudah dilakukan dengan baik sehingga tidak memungkinkan cairan apapun keluar.
Tapi, alasan terbesarnya adalah rasa kemanusiaannya untuk menolong sesama. Ia sedih setiap kali mendengar berita tentang penolakan jenazah Covid-19 di sejumlah daerah.
“Ya saya cuman ingin menolong saja. Daripada ada gosip-gosip. Ada yang tidak mau (menolak pemakaman jenazah). Saya ingin meyakinkan, ingin menolong. Itu saja agar berjalan lancar. Kasihan jenazah,” jelasnya.
Risiko Tertular Covid-19
Walaupun sudah sebulan ia terbiasa dengan protokol baru ini, tapi sebagai manusia, Sugeng terkadang masih merasakan takut tertular Covid-19.
“Kepikirannya sampai di rumah. Sampai takutnya kalau ada apa-apa. Cuman itu aja,” katanya sambil tertawa kecil.
Salah satu yang membuatnya sedikit tenang adalah soal kebutuhan keamanan seperti APD lengkap yang selalu tersedia dari Dinas Sosial. Ia mengaku, semua kebutuhan petugas ambulans sudah terpenuhi selama ini.
Edi Siswanto Kasi Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Surabaya yang bertanggung jawab pada tugas ini mengatakan, ia terus mengingatkan kepada setiap petugas agar tidak lengah dan tidak mengabaikan protokol yang ada.
Setiap kali ada laporan dari pihak rumah sakit maupun 112, ia meminta petugas menyiapkan dulu APD lengkap. Setiap kali melakukan pengantaran, ada empat orang terdiri dari petugas evakuasi dan support yang diterjukan dengan membawa dua kendaraan.
“Jadi kita datang, jenazah itu sudah siap dalam peti. Setelah itu, kita evakuasi, masukkan ke ambulans. Petugas support itu yang menyemproti disinfektan, dari ruangan sampai ke dalam mobil. Setelah itu, kita beriringan sampai ke pemakaman,” jelasnya.
Di Surabaya, ada dua kompleks pemakamana yang disiapkan khusus untuk para jenazah pasien Covid-19. Masing-masing yaitu Makam Keputih dan Makam Babat Jerawat.
Saat pemakaman berlangsung, petugas juga memastikan tidak ada orang yang mendekat dan sepanjang perjalanan dari ambulans ke liang lahat disemprot cairan disinfektan. Ketika sampai di pemakaman, mereka dibantu dari pihak UPTD Pemakaman DKRTH Surabaya yang juga memakai APD lengkap untuk menyiapkan liang lahat.
Sejak mulai mengurusi pengantaran dan pemakaman jenazah Covid-19 pada 2 April 2020, Edi mengaku semua petugas dalam keadaan sehat.
“Alhamdullilah dengan supportifitas kita, kompak, jangan sampai lengah dengan yang kita laksanakan. Peralatan APD sebaik mungkin dulu sebelum turun. Agar percaya diri menghadapi semuanya,” jelasnya.
Menenangkan Keluarga Jenazah
Selama bertugas menjadi pengantar dan pengubur jenazah pasien Covid-19, salah satu kendala yang sering ditemui adalah keluarga jenazah yang memaksa ikut masuk ke ambulans atau mendekat saat pemakaman berlangsung.
Sugeng mengaku banyak sekali lika-liku soal hal ini. Sebenarnya, ia merasa kasian dengan pihak keluarga yang tidak bisa melihat jenazah untuk terakhir kali sebelum dikuburkan. Tapi, karena sudah menjadi prosedur untuk keamanan, ia terpaksa harus tegas.
Edi juga selalu mewanti-wanti tim untuk tegas dan memberikan arahan pada keluarga sebelum berangkat ke pemakaman.
“Selama ini kita berusaha satu tim itu, jangan sampai keluarganya itu mendekat. Jadi kita selalu kasih arahan dulu. Bu, Pak, Mas, siapapun yang ikut kesana, tolong jangan dekat. kita arahkan dulu,” katanya.
Ingin Pandemi Segera Berakhir
Sugeng mengaku masih semangat hingga saat ini. Tapi, ia juga ingin pandemi Covid-19 ini segera berhenti. Melihat kematian akibat Covid-19 nyaris setiap hari, ia melihat masih banyak masyarakat yang abai pada virus ini. Ia memohon, agar masyarakat sebisa mungkin tetap berada di rumah.
“Tetep stay (tinggal) di rumah aja lah. Jaga kesehatan, jaga kebersihan. Cuci tangan. Kalau gak mendesak banget ya jangan keluar lah. Keluar pun harus pakai masker,” pesannya. (bas/tin/rst)