Jumat, 22 November 2024

BPBD Jatim: Bencana Hidrometeorologi Terjadi di 7 Kabupaten/Kota

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi, banjir. Grafis: suarasurabaya.net

Bencana hidrometeorologi terjadi di beberapa daerah di Jatim. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat, ada 7 kabupaten/kota yang terdampak fenomena hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Satriyo Nur Seno Kasi Kedaruratan BPBD Jatim mengatakan, banjir terjadi di 5 kabupaten di antaranya Kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Madiun, dan Trenggalek.

Kondisi terkini, banjir sudah berangsur surut kecuali di Kabupaten Pasuruan karena pengaruh pasang air laut. Akibatnya, sebagian warga di Pasuruan yang terdampak terpaksa mengungsi.

Sementara untuk bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Lumajang, dan angin kencang di Kabupaten Ponorogo. Satriyo mengungkapkan, petugas BPBD setempat bersama stakeholder sudah melakukan pembersihan di area longsor.

“Sedangkan untuk angin kencang di Ponorogo, hanya kerusakan ringan pada atap-atap dan pohon tumbang. Nihil korban jiwa dan kerugian materil dari semua peristiwa itu,” kata Satriyo kepada suarasurabaya.net, Senin (2/11/2020).

Satriyo mengungkapkan, banjir yang melanda 5 kabupaten/kota itu merupakan dampak dari hujan lebat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai upaya, salah satunya intens berkomunikasi dengan BPBD daerah.

Misalnya, kalau ada kebutuhan mendesak, BPBD Jatim siap mem-back up ke daerah. Kemudian, pihaknya juga sudah mengalokasikan logistik dan peralatan ke masing-masing daerah untuk mengantisipasi bencana di Jatim.

“Khususnya hidrometeorologi, sebagian sudah kita bagikan (logistik, peralatan, red) ke kabupaten/kota. Nanti kalau daerah masih membutuhkan lagi, kita akan support lagi dari stoknya BPBD Jatim,” ujarnya.

Satriyo mengimbau, agar masyarakat tetap waspada terkait La Nina yang mulai melanda Indonesia. Karena curah hujan akan lebih tinggi dari normalnya. Selain itu, masyarakat juga diminta tetap menjaga kesehatan mengingat bencana hidrometeorologi terjadi di tengah pandemi.

“Prokes tetap dijalankan. Kemudian waspadai juga bencana turunan ada penyakit-penyakit lain misal gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Masyarakat harus waspada dan antisipasi sendiri. Karena 40 persen penyelamatan ada di masyarakat. Kita hanya 5 persen. Waspada melihat sekitarnya, pelajari indikator bencana di daerah, seperti ciri-ciri terjadinya banjir,, puting beliung dan lain-lain,” pungkasnya.

Sebelumnya, Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan ada sejumlah daerah yang berpotensi mengalami banjir dari November 2020 hingga Januari 2021 akibat meningkatnya curah hujan yang dipicu puncak iklim global La Nina.

Dwikorita menjelaskan musim hujan tahun 2020/2021 diwarnai oleh fenomena iklim global La Nina yang terjadi sejak awal Oktober 2020 dan diperkirakan berlangsung hingga April 2021 dengan intensitas La Nina Lemah hingga Moderat.

La Nina dapat meningkatkan akumulasi curah hujan bulanan dan musiman di Indonesia. Berdasarkan catatan historis data hujan Indonesia, pengaruh La Nina tidak seragam tergantung pada bulan, daerah dan intensitas La Nina.

Namun, sebagian wilayah di Indonesia tengah dan timur diprakirakan mendapatkan curah hujan di atas normal selama musim hujan 2020/2021.(ang/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs