Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) ITS Surabaya mengapresiasi hasil tangkapan ikan warga Desa Pliwetan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban yang melimpah. Tangkapan ikan tengiri dan tongkol, rata-rata bisa mencapai 100 ton per hari. Jumlah itu diketahui dari pedagang yang menampung hasil tangkapan ikan para nelayan.
Endah Mutiara Ketua Tim Abmas ITS menceritakan itu, setelah kunjungannya di Desa Pliwetan, akhir pekan kemarin. Endah bersama Tim Abmas ITS, datang khusus untuk menunjukkan perhitungan secara akademis produk nugget dan pupuk organik yang bisa dikembangkan dari olahan ikan.
Acara itu diikuti oleh sekitar 25 orang, terdiri dari pejabat dan tokoh desa, pelaku usaha, anggota PKK dan karang taruna, serta akademisi dari Universitas Ronggolawe (Unirow) dan mahasiswa. Pengurus/anggota PKK dan karang taruna merupakan perwakilan yang akan menjadi penggerak di lingkungannya, untuk terwujudnya produk yang ingin dikembangkan. Sementara akademisi Unirow dan mahasiswa KKN ITS yang melakukan pendampingan selama proses uji coba hingga pengembangan ke depannya.
Endah menjelaskan, nugget dan pupuk organik yang dipresentasikan di hadapan peserta pelatihan, telah melalui tahap uji selama kurang lebih satu bulan, di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya; dan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi (Baristand Industri Surabaya). Penelitian itu menghasilkan, olahan nugget ikan dan pupuk cair telah memenuhi standar SNI sebagai makanan olahan dan pupuk organik.
“Mereka menyambut antusias terhadap hasil uji lab itu. Mereka bersemangat ingin mengembangkannya sebagai diversifikasi dan nilai tambah untuk mendukung perekonomiannya,” tutur Endah kepada suarasurabaya.net, Senin (2/11/2020).
Pada tahap awal, lanjut Endah, warga mempelajari dengan saksama proses pembuatan nugget dan pupuk organik. Terutama pupuk organik, mereka antusias karena prosesnya mudah dan bahan baku limbah ikan tersedia banyak. Juga karena pupuk organik dari limbah ikan plus bahan komposisi lainnya itu, bisa langsung dimanfaatkan untuk kesuburan tanaman yang ada banyak di lingkungan kampung.
“Apalagi karena mereka ingin persoalan limbah ikan segera teratasi dan ingin lingkungannya terbebas dari pencemaran,” cetusnya.
Sedangkan untuk pembuatan nugget, mereka terus berproses seiring mengurus perijinan sebelum menjadi produk olahan usaha kecil menengah (UKM). Perijinan dan pemasaran, kata Endah, kerap menjadi persoalan klasik para UKM. Terkait persoalan itu, tim Unirow akan membantu memperlancar prosesnya ke pihak terkait. Termasuk menentukan merek dagang dan pemasarannya dalam proses pengembangan ke depan.
Selama proses pemantapan itu, tambah Endah, mahasiswa KKN ITS akan turut mendampingi hingga tiga bulan (Nopember, Desember, Januari) mendatang. Melihat animo warga yang antusias, pada tahap uji coba ini mereka sanggup membuat nugget setidaknya 10 kg dan 10 liter pupuk organik per minggunya.
“Setelah itu, kita lakukan evaluasi untuk mengukur dan mencari strategi pengembangan berikutnya,” cetusnya. (cus/tin)