Kali Buntung hampir selalu menjadi kambing hitam bila kawasan Sidoarjo banjir. Sungai yang membentang 23 kilometer mulai Krian sampai Tambak Sumur itu sering dipenuhi sampah.
Saroni Soegiarto Kepala BBWS Brantas mengatakan, sangat sulit normalisasi Kali Buntung. Saat ini, kapasitasnya tinggal 10 persen.
“Seharusnya sungai Kali Buntung ini bisa menampung 200 meter kubik air, sekarang hanya 20-25 meter kubik,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, di lokasi
Saroni mengatakan, Kali Buntung mulai hulu hingga hilir sudah semakin parah keadaanya. Sungai ini sudah tidak memiliki Sepadan dan Bantaran.
“Hampir semua sudah jadi pemukiman warga. Tidak punya Sepadan maupun Bantaran,” katanya.
Menurut Saroni, mengatasi sungai Kali Buntung harus dimulai dari masalah sosialnya dulu. Setelah itu baru bisa normalisasi.
“Masalah sosial harus selesai, budaya mereka agar tidak tinggal di bantaran sungai. Bisa saja mereka itu menempati ilegal bertahun-tahun,” katanya.
Sementara itu, Heru Tjahjono Sekretaris Daerah Provinsi Jatim mengatakan, gerakan bersih-bersih Kali Buntung ini merupakan jangka pendek. Rencana jangka panjangnya memang harus dilakukan normalisasi.
“Kami akan cari jalan keluar, bagaimana merelokasi pemukiman yang berdiri di sepadan dan bantaran sungai. Sementara ini kami berharap mereka tidak buang sampah ke sungai,” katanya. (bid/tin/rst)