Jumat, 22 November 2024

Bantu Tuna Netra, ITS Ciptakan Termometer Berbasis Suara

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tim pengabdian masyarakat ITS saat uji coba Termometer berbasis suara pada tuna netra. Foto: Humas ITS

Membantu tuna netra mengetahui suhu tubuh dengan menggunakan Termometer, tim pengabdian masyarakat (Abmas) ITS, ciptakan Termometer berbasis suara. Sekaligus bisa dipakai praktikum para siswa tunaetra mengukur temperatur.

Azzah Dyah Pramata ST MT MEng PhD., satu diantara dosen dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi yang tergabung dalam tim pengabdian masyarakat ITS tersebut, menjelaskan jika termometer ini ketika digunakan dapat memunculkan suara secara otomatis sesuai temperatur hasil pengujiannya.

Sehingga orang yang melakukan pengujian hanya cukup mendengarkan suara dari termometer tersebut. Bagi seorang tuna netra, termometer ini akan sangat membantu mereka dalam melakukan pengukuran temperatur, khususnya bagi seorang siswa yang mengalami keterbatasan tersebut.

“Sehingga semua siswa bisa mendapatkan akses yang sama dalam pembelajaran,” terang dosen yang pernah meraih penghargaan Young Female Researcher Awards dari Pemerintah Jepang ini.

Cara kerja termometer berbasis suara tersebut, lanjutnya, sensor pada termometer akan mendeteksi besar temperatur dalam jangkauan 0 – 100 derajat Celcius. Selanjutnya, perangkat arduino akan memberikan perintah untuk mengaktifkan suara sesuai dengan besaran temperatur yang dideteksi.

Dosen lulusan Kumamoto University, Jepang tersebut juga menyebutkan, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam mendesain termometer ini. “Selain keamanan, sisi ergonomi menjadi hal yang sangat penting dalam perancangannya,” tambah Azzah.

Berhubung penggunanya tidak bisa melihat atau tuna netra, Azzah menjelaskan jika setiap tombol yang ada dibuat sesederhana mungkin dan berbeda bentuknya. Hal tersebut akan memudahkan mereka dalam membedakan fungsinya ketika diraba-raba. Selain itu, badan termometer tersebut juga terbuat dari polimer daur ulang yang diproses menggunakan printer tiga dimensi.

Saat ini, termometer tersebut telah dilakukan uji coba di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa A (SMPLB-A) Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya. Ke depannya, Azzah berharap jika prosesnya bisa berkesinambungan dalam menunjang kurikulum pendidikan bagi tuna netra.

Sementara itu, ditambahkan Drs Eko Purwanto Kepala Sekolah SMPLB-A YPAB Surabaya bahwa pihaknya sangat terbantu dengan adanya termometer tersebut. Pasalnya, siswa tuna netra selama ini masih menggunakan termometer raksa yang harus dibantu dengan orang lain untuk melihat hasil pengukurannya.

“Termometer ini membuat anak-anak, khususnya para siswa (tunanetra) bisa melakukan pengukuran sendiri. Karena alat atau termometer ini sangat membantu,” pungkas Eko Purwanto, Rabu (23/12/2020).(tok/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs