Jumat, 22 November 2024

Bamusi Kecam Aksi Kekerasan dan Pembakaran Masjid di India

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Yayan Sopyani Al Hadi Ketua PP Bamusi saat bersama Haedar Nasir Ketua PP Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (28/2/2020). Foto: Istimewa

Yayan Sopyani Al Hadi Ketua Pengurus Pusat (PP) Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) mengecam aksi kekerasan dan pembakaran masjid di India. Aksi kekerasan terhadap umat Islam di India ini harus segera dihentikan.

“Aksi kekerasan yang berbasis dan bermula dari ideologi, doktrin dan nilai-nilai rasisme tak boleh ada lagi di belahan dunia manapun,” kata Yayan di Jakarta, Jumat (28/2/2020).

Tindak kekerasan ini bermula dari Undang-Undang Kewarganegaraan India. Kelompok muslim menolak UU kontroversial ini karena dinilai diskriminatif dan rasis.

Namun demonstrasi menentang UU ini berujung pada tindak kekerasan kepada umat Islam di India. Umat Islam meninggalkan rumah dan masjid dirusak.

Yayan berharap pemerintah Indonesia bisa mengirim nota protes ke India. Selain Indonesia merupakan negara sahabat, India pun pasti mau mendengar suara dari Indonesia.

“Indonesia dan India pernah bersama-sama dalam menginisiasi Konferensi Asia Afrika dan juga melawan imperialisme. Dan dalam imperialisme senantiasa ada benih rasisme, selain karena motif politik-ekonomi,” ungkap Yayan

Yayan menilai semangat anti-rasisme sejatinya mengakar dalam hati orang-orang India. Sebab pengalaman pahit India dalam hal ini sudah cukup panjang.

“Dan karena itu pula, deklarasi KAA, yang di dalamnya ada India, berisi pengakuan atas hak-hak dasar manusia dan pengakuan yang sama pada setiap suku bangsa,” kata Yayan.

Bercermin dari kasus India, Yayan mengajak warga Indonesia komitmen dan konsisten dalam menjalankan dan mengamalkan Pancasila yang digali Bung Karno dari nilai-nilai bangsa itu sendiri.

Sebab Pancasila merupakan dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mempersatukan semua elemen, baik suku, agama, bahasa dan ras yang ada di Indonesia.

“Kita harus bersyukur punya Pancasila. Mari jalankan sungguh-sungguh. Bangsa lain kagum pada kita karena memiliki Pancasila,” tegas Yayan.

Dalam Pancasila, sambung Yayan, Bung Karno menjelaskan bahwa semua orang Indonesia tidak boleh tidak beragama. Namun keberagamaan Indonesia harus berbasis pada ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban. Yaitu Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur dan yang hormat-menghormati satu sama lain.

“Dalam Pancasila, segenap pemeluk agama mendapat tempat yang sama dan tempat yang sebaik-baiknya. Tanpa ada diskriminasi atas nama apapun. Mari jalankan Pancasila bersama-sama secara istiqomah,” pungkas Yayan.(faz/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs