Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah menguji sejumlah sampel yang diduga virus korona Wuhan (2019-nCov) menggunakan reagen (zat kimia pendeteksi virus) spesifik. Dari pendalaman tersebut, ternyata sampel yang diperiksa negatif virus Corona.
Prof dr. Soetjipto MS PhD Koordinator Penanganan Korona Unair mengatakan, uji laboratorium dengan reagen hasil kerja sama dengan Kobe University Jepang ini sudah dilakukan terhadap sejumlah sampel.
“Memang, Alhamdulillah, tidak ada kasus. Karena sampel-sampel yang diperiksa saat ini tidak ada yang positif,” ujarnya ketika dihubungi suarasurabaya.net, Senin (10/2/2020).
Sayangnya, tidak dia sebutkan berapa banyak sampel dan dari mana saja yang sudah diuji. “Kami dapat dari sejumlah rumah sakit. Untuk sampel dari mana saja, mohon diklarifikasi ke Prof Inge,” ujarnya.
Prof. Maria Lucia Inge Lusida adalah Ketua Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Unair. Sayangnya, suarasurabaya.net belum berhasil mengonfirmasi perihal jumlah maupun asal sampel yang diuji.
Hasil negatif uji sampel dengan reagen hasil penelitian dari genom (gugus kromosom) primer coronavirus 2019-nCov yang didapat dari GISAID Jerman, setidaknya menunjukkan bahwa Indonesia mampu.
Baru-baru ini WHO organisasi kesehatan dunia menyatakan keragu-raguan bahwa di Indonesia belum ditemukan kasus virus korona, mengingat sejumlah negara tetangga sudah mengonfirmasi ada.
WHO menyatakan, tidak adanya kasus infeksi virus korona di Indonesia, ada kemungkinan karena ketidakmampuan Pemerintah Indonesia dalam mendeteksi virus ini secara akurat.
“Bukan tidak ada kemampuan. Kita punya peralatan, kita punya kit untuk mendeteksi, dan Unair siap membantu pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, untuk mendeteksi virus korona,” ujarnya.
Reagen primer yang spesifik untuk mendeteksi virus korona Wuhan ini, kata pria yang akrab disapa Prof Tjip itu, dapat mendeteksi positif tidaknya sampel dari pasien dengan akurasi 99 persen.
“Sebetulnya ini bukan sesuatu yang baru. Unair sudah kerja sama dengan Kobe University Jepang ini selama 40 tahun. Kami kerja sama mendapatkan primer yang spesifik untuk mendeteksi virus ini,” ujarnya.
Berkaitan dengan penanganan dan uji laboratorium terhadap lebih dari 200 WNI dikarantina di Natuna setelah yang dipulangkan dari Wuhan, Unair siap untuk menguji sampel yang dikirim.
“Kalau penanganan di Natuna, kan, sudah ada dokter-dokter yang dikirim ke sana. Tapi kalau ada sampel yang dikirim ke Unair, kami di LPT siap untuk memeriksa sampel itu,” katanya.
Saat ini, RS Unair telah bekerja sama dengan RSUD dr Soetomo Surabaya sebagai rumah sakit rujukan di Indonesia Timur dalam hal penanganan kasus virus korona di Jawa Timur.
“Pak Rektor sudah mengumpulkan LPT, RS Unair, pakar dari Unair dan mengundang RSUD dr Soetomo, Direktur dan Wakil Direkturnya. Menurut direktur sudah ada link dengan RS seluruh Jatim,” ujarnya.(den/tin/ipg)