Tutik Nurdiyana Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku tidak menerima pemberitahuan dari pembina Pramuka terkait kegiatan susur sungai di Sungai Sempor sebelumnya sampai terjadinya musibah.
“Ya memang sebelumnya tidak ada laporan bahwa kegiatan Pramuka akan ada susur sungai. Jadi jujur saya tidak mengetahui kemarin itu ada susur sungai,” kata Tutik Nurdiyana saat memberikan keterangan di SMPN 1 Turi, Sabtu (22/2/2020).
Menurut dia, pembina Pramuka tidak menyampaikan pemberitahuan mungkin karena menganggap kegiatan susur sungai merupakan kegiatan yang biasa dilakukan anak-anak.
“Mungkin karena anak-anak di sini sudah terbiasa, sehingga kegiatan susur sungai tidak dilaporkan,” katanya, seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, kegiatan susur sungai tersebut merupakan program lama di SMPN 1 Turi.
“Atas musibah kecelakaan ini kami atas nama sekolah mohon maaf, ini di luar prediksi,” katanya.
Tutik mengatakan, SMPN 1 Turi mempunyai ekstrakurikuler Pramuka yang dilakukan setiap Jumat dari pukul 13.30 WIB sampai 15.30 WIB.
“Sedangkan susur sungai merupakan program rutin pada ekstrakurikuler Pramuka,” katanya.
Ia mengatakan, ada tujuh orang yang mendampingi saat kegiatan susur sungai. Mereka merupakan guru-guru di SMPN 1 Turi.
“Susur sungai ini merupakan kegiatan Pramuka yang sudah lama dilaksanakan,” katanya.
“Saya menjabat kepala sekolah di sini baru, baru 1,5 bulan, program-program ini melanjutkan yang lama,” demikian Tutik Nurdiyana.
Sementara itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Yogyakarta menyatakan jumlah korban yang ditemukan tewas akibat hanyut di Sungai Sempor, Turi, Sleman saat ini bertambah menjadi delapan orang sehingga tinggal dua korban yang masih dalam pencarian.
“Ada 8 (ditemukan) meninggal. Masih ada 2 yang belum ketemu,” kata Humas Basarnas Yogyakarta, Pipit Eriyanto saat ditemui di Puskesmas Turi, Sleman, Sabtu.(ant/iss)