Andi Lukito Pengurus Olahraga Selam Jatim membagikan pengalamannya saat memulangkan 8 atlet selam dari Xiamen, China ke Surabaya. Ini menanggapi keluhan pendengar Suara Surabaya, yang mengaku anaknya masih tertahan di sana dan kesulitan untuk pulang ke Tanah Air.
Seperti diketahui, sejumlah negara melakukan antisipasi untuk mencegah menyebarnya virus corona. Salah satunya Singapura, yang menjadi negara pertama di Asia Tenggara melarang kunjungan pelancong dari China. Ini tentunya menyulitkan WNI yang hendak pulang dan harus transit di Singapura.
Andi mengatakan, ada rute alternatif yang bisa diambil selain harus transit di Singapura. Seperti pengalamannya, atlet selam Jatim melakukan penerbangan dari Xiamen ke Shanghai. Kemudian dari Shanghai ke Hong Kong, dilanjutkan ke Jakarta lalu ke Surabaya.
“Ada dua gelombang. Kemarin sudah mendarat 8 atlet di Surabaya. Untuk hari ini ada 4 atlet, dari Xiamen ke Shanghai, Shanghai ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur ke Surabaya. Tadi sudah mendarat jam 9 pagi,” kata Andi kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (1/2/2020).
“Kondisi yang 8 atlet dinyatakan tidak suspect. Tapi ada imbauan untuk tidak beraktivitas 14 hari di luar rumah. Kalau yang hari ini setelah dari KKP dilanjutkan pemeriksaan screening di RS Soetomo jam 1 siang,” tambahnya.
Andi mengungkapkan, harga tiket pesawat untuk rute itu ditaksir sekitar Rp8 juta per orang. Adapun jarak Xiamen dari Wuhan sekitar 800 kilometer. Kondisi Xiamen juga tidak jauh berbeda dengan Wuhan, yang kini menjadi sepi dan disarankan untuk menggunakan masker saat berada di luar rumah.
“Makanan pokok juga sama mulai sulit. Makanya kita putuskan untuk semua atlet pulang. Itu atas perintah KONI Jatim,” kata dia.
Sebelumnya, Ari Sasongko pendengar SS mengaku kesulitan anaknya tidak bisa pulang ke Tanah Air. Karena penerbangan menuju Indonesia, terkendala dengan kebijakan Bandara Singapura yang tidak mau menerima kunjungan dari China.
Ari bercerita, anaknya masih tertahan di Huai’an China. Pihaknya sudah pernah menyampaikan keluhannya ke pihak KBRI. Namun ia merasa respon yang diberikan, tidak sesuai harapan. Di mana menyarankan untuk memulangkan anaknya secara mandiri.
Tapi rupanya masih ada kendala yang dihadapinya terkait rute penerbangan. Ari berharap, melalui Suara Surabaya ini ada pihak yang mau membantunya untuk mengatasi masalahnya dan anaknya bisa pulang ke tanah air dengan selamat. Sebab kondisi di tempat tinggal anaknya, juga tidak jauh berbeda dengan Wuhan.(ang/ipg)