Jumat, 22 November 2024

Remaja Laki-Laki Ditemukan Meninggal di Pacar Keling

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Suasana rumah duka remaja korban bunuh diri di kawasan Pacar Keling Surabaya, Senin (13/1/2020). Foto: Denza suarasurabaya.net

Seorang remaja laki-laki ditemukan meninggal di rumahnya, di kawasan Pacar Keling Surabaya, Senin (13/1/2020) siang. Korban diduga sengaja mengakhiri hidupnya karena masalah tertentu.

Kompol Gatot Hariyanto Kapolsek Tambaksari mengatakan bahwa orangtua korban yang menemukan jenazah korban sepulang kerja, sekitar pukul 13.00 WIB. Orangtua korban juga menemukan kertas berisi pesan terakhir yang ditulis dengan tulisan tangan, di dekat jenazah korban.

“Menurut keterangan keluarga, kondisi rumah tadi siang memang sepi,” ujarnya kepada suarasurabaya.net.

Polisi masih mengumpulkan data dan motif dugaan bunuh diri oleh remaja ini, termasuk wasiat yang ditemukan orangtuanya. Polisi juga masih meminta keterangan keluarga korban.

Adapun isi wasiat yang ditinggalkan korban, kurang lebih isinya tentang permintaan maaf kepada kedua orangtuanya. Korban juga menitipkan permintaan maaf kepada teman-temannya.

Bahkan, korban juga mencantumkan dalam surat itu agar orangtuanya membayarkan utangnya kepada salah satu teman silatnya yang belum sempat dia bayarkan.

Terakhir, dia mengkhususkan permintaan maaf kepada ayahnya dan menyampaikan, dengan tidak adanya dirinya, korban tidak lagi akan merepotkan kedua orangtuanya.

Menurut warga setempat, pemuda berusia sekitar 17 tahun ini sebenarnya grapyak (ramah) dengan tetangga. Di lingkungan rumah temannya cukup banyak dan aktif dalam berbagai kegiatan.

Warga setempat mengatakan, pemuda ini sering nonton sepakbola dengan rekan-rekannya sesama Bonek (sebutan untuk suporter Persebaya Surabaya).

Tidak hanya itu, pemuda ini aktif mengikuti kegiatan pencak silat di luar kegiatan sekolah. Tetangga pun heran, kenapa peristiwa itu sampai terjadi.

Menurut informasi yang beredar di lingkungan tetangga, salah satu masalah yang memicu nekatnya pemuda itu terjadi pada malam tahun baru 2020.

Orangtua korban sempat memarahi korban karena turut konvoi malam tahun baru naik sepeda motor berknalpot brong. Tapi informasi ini belum terklarifikasi.

Apapun alasannya, setiap orangtua perlu memahami anak-anak mereka dan melakukan komunikasi lebih intensif serta mengenali sejumlah tanda agar peristiwa seperti ini tidak terulang lagi.

Selama 2019 sampai 4 Desember lalu, Suara Surabaya Media mencatat ada 15 laporan percobaan dan kejadian bunuh diri di Kota Surabaya.

Tiga laporan percobaan bunuh diri di antaranya berhasil dicegah kerabat maupun petugas. Sementara tiga laporan lainnya belum diketahui kondisi korbannya.

Sedangkan 9 laporan bunuh diri lainnya, yang masuk dan tercatat di sistem Suara Surabaya Media, korbannya sudah bisa dipastikan meninggal.

Catatan Satreskrim Polrestabes Surabaya berbeda. Sepanjang 2019 lalu hanya ada 11 kejadian bunuh diri yang ditangani polisi di wilayah Surabaya.

Sedangkan RSUD Dr Soetomo mencatat, angka kejadian percobaan bunuh diri yang masuk melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak lima kejadian selama 2019.

Angka ini tidak bisa dianggap remeh meskipun bila dibandingkan dengan kematian akibat kecelakaan, jumlah kejadiannya terpaut sangat jauh.

Orang-orang terdekat korban maupun calon korban perlu memperhatikan dan memahami sejumlah tanda yang bisa dikenali demi mencegah kejadian bunuh diri.

Dr. Nalini Muhdi, SpKJ Perwakilan Indonesia untuk Internasional Association for Suicide Prevention (IASP) memaparkan sejumlah tanda yang bisa dikenali orang terdekat korban maupun calon korban.

Salah satunya, calon korban sudah pernah berbicara soal kematian, ide tentang kematian, ide untuk mati saja, atau ide untuk mencelakai diri.

Tanda keinginan bunuh diri atau mengenai ide kematian di Indonesia bisa dikenali melalui sejumlah kata-kata yang pernah atau mulai sering diucapkan calon korban.

Nalini mencontohkan, misalnya calon korban pernah mengeluarkan kata-kata “aku ingin pulang” atau “aku ingin tenggelam ke bumi”. Orang terdekat calon korban harus jeli melihat tanda itu.

Juga tanda yang menunjukkan keputusasaan terhadap diri calon korban, kemarahan mencapai puncak, atau korban pernah terlibat aksi yang beresiko impulsif.

Orang-orang berpotensi ingin bunuh diri, menurut Nalini, biasanya merasa berada dalam situasi yang mereka anggap “terjebak”. Mereka lalu menarik diri dan enggan bertemu orang, tidak bersosialisasi, atau emosinya berubah drastis.

Jika tanda-tanda itu terlihat, Nalini menyarankan orang terdekat memberikan dukungan kepada yang bersangkutan dengan terus menemani dan tidak membiarkan orang itu merasa sendiri.

Mengajak mereka ke psikiater bisa dilakukan, kalau memang tidak ada perkembangan positif setelah melakukan komunikasi dan berbagai upaya meredam keinginan calon korban.

Nalini juga mengingatkan, korban bunuh diri bisa melakukan bunuh diri, bila mereka punya akses untuk melakukannya. Baik senjata, pestisida, atau apapun yang mematikan seperti terjun dari ketinggian.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs