Salah satu pengembangan pariwisata di Jawa Timur yang termasuk di dalam program dan proyek Perpres 80/2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Jatim adalah kereta gantung.
Ada dua kereta gantung yang masuk proyek prioritas. Kereta gantung di Kota Batu dan Kereta Gantung Puncak Penanjakan-Kawah Bromo. Masing-masing estimasi investasinya Rp300 miliar dan Rp350 miliar.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur dalam pertemuan dengan Budi Karya Sumadi Menteri Perhubungan di Bandara Juanda, Selasa (21/1/2020), mengatakan, untuk di Batu semua sudah selesai.
Masyarakat Kota Batu sudah melakukan urunan sampai terkumpul Rp350 miliar untuk membangun kereta gantung yang akan menghubungkan sejumlah tempat wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
“FS (feasibility study/studi kelaikan) sudah selesai. Berbeda dengan kereta gantung di taman mini, di kawasan wisata, di Batu ini akan mengkoneksikan sejumlah tempat wisata,” ujar Khofifah.
Dia pun meminta bantuan Menhub agar ada asesmen kereta gantung di Kota Batu. Kalau itu bisa dilakukan, Khofifah juga berharap Kemenhub melakukan assessment di Kota Malang.
“Karena hal yang sama diajukan Wali Kota Malang. Koneksitas kereta gantung juga. Kalau mungkin di kota batu bisa asesmen, saya harap di Malang juga. Karena investornya juga sudah siap,” ujarnya.
Soal kereta gantung di Bromo, Khofifah memastikan, moda transportasi wisata itu tidak menggeser para pemilik kendaraan off road yang juga difungsikan sebagai transportasi wisatawan.
“Cable car (kereta gantung) Bromo itu hanya naik turun. Tidak melintasi pasir berbisik, Bukit Teletubbies, karena jauh. Jadi setelah naik itu, kalau mau ke kawah atau pasir berbisik tetap naik mobil,” ujarnya.
Budi Karya Sumadi Menhub menyatakan dukungannya. Menurutnya, pembangunan kereta gantung ini sangat berpotensi mendatangkan keuntungan secara komersial.
“Karena banyak sekali itu (wisatawan yang akan berminat),” ujarnya. “Itu bisa dipersiapkan, dan kami bisa membantu. Kami sudah minta Dirjen Perkeretaapian untuk memberikan izin,” ujarnya.(den/tin)