Jumat, 22 November 2024

Mahasiswa Arsitektur Untag Gagas Museum Budaya

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Gagasan Dimas mahasiswa Teknik Arsitektur Untag Surabaya untuk melestarikan Majaphit lewat Museum Budaya. Foto: Humas Untag Surabaya

Untuk melestarikan sekaligus mengangkat kembali budaya Majapahit, Rabu (19/2/2020) mahasiswa Teknik Arsitektur Untag Surabaya menghadirkan Museum Budaya sebagai bagian dari Fasilitas Edukasi di Kabupaten Mojokerto.

Kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto dikenal sebagai kawasan yang memiliki banyak peniggalan Kerajaan Majaphit. Peninggalan ini perlu dilestarikan dan dijaga serta dijadikan satu diantara warisan pada generasi bangsa ini selanjutnya.

Dimas Yusuful Fahmi mahasiswa program studi (Prodi) Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya memberikan masukan tentang Fasilitas Edukasi di Kabupaten Mojokerto, yang sekaligus menghantarkan Dimas sapaan Dimas Yusuful Fahmi meraih predikat Skripsi Menarik dari Fakultas Teknik Untag Surabaya.

“Saat ini, perkembangan budaya cukup signifikan dan akan terus berkembang. Seperti di daerah Trowulan, Mojokerto banyak peninggalan Majapahit dalam bentuk fisik kontemporer, berbentuk candi, dan patung. Untuk itu dibutuhkan fasilitas edukasi untuk melestarikannya. Dan fasilitas edukasi yang dimaksud adalah Museum Budaya Majapahit,” terang Dimas.

Dimas menjelaskan ketertarikannya kepada sejarah dikarenakan kekagumannya kepada sosok Gajah Mada yang mampu mempersatukan kerajaan-kerjaaan di seluruh Nusantara, termasuk dikenalnya kejayaan dan keagungan Kerajaan Majapahit.

“Ketertarikan pada sejarah itu berawal pada kekaguman pada sosok Gajah Mada yang mampu menyatukan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara, sekaligus mengangkat dan membesarkan nama Kerajaan Majapahit. Kebetulan lahir di Mojokerto, dan ada rasa tanggungjawab pada penginggalan Kerajaan Majapahit, dari situlah ide skripsi muncul,” papar Dimas.

Konsep Museum Budaya Majapahit karya Dimas menerapkan nilai sejarah dan budaya yang diwujudkan dalam pertunjukan kontemporer dan visualisasi yang modern.

“Perkembangan teknologi saat ini, visual 3 dimensi menjadi bagian tidak terpisahkan ke adalam rancangan museum budaya tersebut. Dengan visual 3 dimensi tersbeut menjadi lebih menarik dan dapat dipastikan anak muda serta masyarakat semakin mudah memahami,” kata Dimas.

Saat melakukan survei dan penelitian, Dimas dibantu kerabat yang kebetulan bekerja di Archeological Site di kawasan Trowulan, Mojokerto. “Data dikumpulkan dari sana. Termasuk peneliti-peneliti lain yang hadir disana melakukan penelitian tanah atau tentang peninggalan Majapahit,” tambah Dimas.

Merealisasikan Museum Budaya seperti yang digagas Dimas setidaknya butuh waktu sekurangnya 10 tahun hanya untuk melakukan tes tanah.

“Karena hingga saat ini ada sebagian kawasan yang tanahnya masih belum dilakukan tes yang bisa jadi di dalamnya terdapat peninggalan Majapahit. Konstruksi bangunan harus ekstra hati-hati untuk itu. Karena dikhawatirkan merusak struktur tanah,” tegas Dimas.

Dimas berharap, usulan dan idenya yang dituangkannya dalam skripsinya ini, nantinya dapat direalisasikan. Mengingat pemerintah kabupaten Mojokerto kabarnya berencana akan membangun Majapahit Park, meskipun masih terkendala tanah yang belum disortir.

“Dapat dipastikan jika pembangunan itu terealisasi maka pemerintah termasuk pemerintah kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan nilai serta pendapatan sektor wisata budaya. Museum Budaya Majapahit ini selain untuk wisata edukasi bagi masyarakat, juga dapat menambah pengetahuan akademisi di bidang budaya dan sejarah,” pungkas Dimas, Rabu (19/2/2020).(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs