Jumat, 22 November 2024

Keputusan Pemulangan Kombatan ISIS Tidak Boleh Gegabah

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Reuters

Wacana pemulangan eks kombatan ISIS harus dikaji secara komprehensif dan tidak dilakukan secara gegabah.

Kalau mereka diterima pulang ke Indonesia, tidak cukup berikrar setia kepada NKRI tapi harus dideradikalisasi secara menyeluruh.

Hal ini ditegaskan Muchamad Nabil Haroen Politisi PDI Perjuangan, Jumat (7/2/2020).

“Terkait wacana pemulangan eks kombatan ISIS yang dilontarkan Menteri Agama, harus dipertimbangkan secara matang,” kata dia.

Menurut Gus Nabil, sebelum mengambil kebijakan ataupun keputusan terhadap eks kombatan ISIS tersebut, idealnya harus ada riset matang terkait implikasi, prosedur, serta dampak yang akan terjadi jika mereka kembali ke Indonesia.

Sebab keberadaan mereka berpotensi meresahkan masyarakat, bahkan dapat mengancam stabilitas negara ini.‎

Namun pada sisi lain, pihaknya melihat ada persoalan kemanusiaan yang juga harus dipertimbangkan karena eks kombatan tersebut berasal dari Indonesia.

“Jadi, harus ada kajian mendalam dulu. Saya kira Menteri Agama harus melihat persoalan secara lebih komprehensif,” kata Nabil.

Nabil juga mengingatkan pentingnya prosedur deradikalisasi dan klasifikasi dalam penanganan eks kombatan ISIS jika diterima pulang ke Indonesia.

“Artinya memperlakukan mereka harus dengan klasifikasi serta deradikalisasi yang menyeluruh.Tidak cukup hanya aspek formal dengan sumpah atau penandatangan legalitas untuk setia pada NKRI,” tegasnya.

Nabil menjelaskan, prosedur-prosedur deradikalisasi harus ditempuh sebab mereka juga butuh pendampingan.

Begitu pula untuk bisa kembali ke tengah masyarakat, dibutuhkan bantuan dari banyak pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, termasuk komunitas-komunitas masyarakat seperti pesantren untuk deradikalisasi dari konteks ideologi.

“Kita tidak bisa hanya dengan deradikalisasi formal, perlu juga kerjasama dengan pelibatan pesantren untuk deradikalisasi melalui pengajaran agama yang moderat. Tentu saja, setelah ada klasifikasi kombatan serta melalui pemeriksaan indeks radikalisme mereka,” jelas Nabil.

Dia mengatakan kolaborasi antara institusi negara, pesantren serta ormas Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah untuk menyusun program deradikalisasi harus dilakukan secara komperhensif pula.

Sebab yang dilawan dari eks kombatan tersebut adalah ideologi. Untuk melawan ideologi, menurut anggota Komisi IX DPR ini, harus lewat pendekatan ideologi dan pengetahuan.

“Kalau melawan ideologi, ya harus dari pendekatan ideologis dan pengetahuan. Namun, kalau mereka berangkat ke Syria, Afghanistan, Irak dan menjadi anggota ISIS karena faktor ekonomi, ya harus pakai pendekatan ekonomi, misalnya dengan pemberdayaan, dan sebagainya,” tegasnya.

Nabil juga melihat penanganan eks-ISIS juga juga menjadi tantangan dunia internasional.

“Kita harus kaji betul positif negatif atas pemulangan ini. Apakah diterima pulang ke Indonesia atau tidak. Jika tidak boleh pulang, terus mereka akan ke mana? Ini isu internasional yang melibatkan pelbagai negara,” pungkas Nabil.(faz/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs