Jumat, 22 November 2024

502 Kasus Baru di Jatim, 51 Diantaranya Belum Dipastikan Domisilinya

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Gugus Tugas Covid-19 Jatim menunjukkan data persebaran kasus baru. Foto: Istimewa.

Terdapat 502 kasus baru positif Covid-19 di Jawa Timur hari ini, Kamis (21/5/2020). Sebanyak 51 di antaranya belum dipastikan domisilinya. Joni Wahyuhadi Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim mengatakan, 51 pasien itu masih dilacak domisilinya.

“Jadi begini, orang periksa PCR, kan ada periksa mandiri. Penghitungannya itu tidak berdasarkan KTP, tapi domisili. (Misal) saya KTP Kediri, saya domisili di Surabaya. Mestinya saya tercatat di kasus Surabaya bukan Kediri. 51 kasus masih kita pastikan domisilinya dimana. Jadi begitu,” ujar Dr Joni saat menggelar konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Surabaya pada Kamis (21/5/2020).

Ia menambahkan, dari 502 kasus tersebut, wilayah yang saat ini melaksanakan PSBB yaitu Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo menyumbang cukup banyak kasus. Surabaya ketambahan 311 kasus, Sidoarjo 57 kasus, dan Gresik 27 kasus. Total secara kumulatif, ketika wilayah itu memiliki tambahan kasus sebanyak 395. Sedangkan, wilayah Malang Raya yang mulai melaksanakan PSBB bertambah 6 kasus baru.

Selain itu, dr Kohar Hari Santoso Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim mengatakan, pihaknya saat ini masih mencari domisili dari 51 kasus yang belum diketahui tersebut.

“Ini masih kita tracing darimana. Ini masih kita cari,” katanya.

Menurut dr Kohar, ratusan kasus baru ini kebanyakan berasal dari kluster lama yang sudah ada. Ia menambahkan, ada 20 kasus yang berasal dari kluster baru, yaitu kluster rumah sakit. Meski begitu, ia tidak terlalu merinci mengenai kluster ini. Ia hanya menjelaskan rincian jenis tenaga kesehatan dari 20 kasus ini yaitu ada 4 dokter yang positif.

Selain ratusan kasus positif baru, hari ini juga ada 10 pasien sembuh dan 15 pasien meninggal dunia. Dokter Joni mengatakan, ratusan kasus baru ini adalah peringatan bagi semua orang di jawa Timur agar lebih disiplin.

“Kalau kita disiplin, mungkin yang disediakan masyarakat dan pemerintah (hanya) masker, hand sanitizer, dan sosialisasi. Kalau disiplin kasusnya akan tidak bertambah cepat. Kalau kita tidak disiplin, akhirnya yang disediakan rumah sakit, ruang observasi, ventilator dan peti mati. Padahal sarana kita tidak akan cukup, jika di hulunya tidak ditangani,” katanya. (bas/bid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs