Setelah menjalani kompetisi babak semifinal yang berlangsung ketat, ajang Medical Online Championship (MOC) yang diadakan di Bogor akhirnya meloloskan 18 tim dari berbagai daerah di enam bidang lomba.
Pada bidang Infectious Disease, tiga peserta yang lolos ke babak final adalah Universitas Sriwijaya, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Hangtuah. Untuk bidang lomba Neuropsychiatry, peserta yang tampil gemilang dan mendapat tiket final adalah Universitas Diponegoro, Universitas Katolik Indonesia Atmajaya, dan Universitas Jember. Sedangkan pada bidang Cardiorespiratory yang berhasil lolos adalah Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, dan Universitas Syiah Kuala.
Sementara itu, untuk bidang lomba Digestive, dikuasai Universitas Diponegoro, Unika Atmajaya, dan Universitas Sumatera Utara. Pada bidang Genitourinary meloloskan Universitas Hasanudin, Unika Atmajaya, dan Universitas Diponegoro; sebagai pemenang. Sementara yang terbaik pada bidang Musculoskeletal adalah Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dan Universitas Diponegoro.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Asosiasi Pendidikan Kedokteran Indonesia, dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Dalam rangka menyelenggarakan MOC membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran mahasiswa kedokteran di Indonesia.
“Harapan kami, ke depannya kegiatan ini bisa berlangsung terus. Semoga bisa membantu mahasiswa dan fakultas kedokteran untuk bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk bisa terus melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan zaman,” tutur Amir Syafruddin perwakilan Asosiasi Pendidikan Kedokteran Indonesia seperti dalam siaran pers Kemendikbud, Senin (16/11/2020).
Sejumlah hambatan yang ditemukan pada ajang yang baru pertama kali digelar ini menurut Amir akan menjadi bahan monitor dan evaluasi demi perbaikan di masa mendatang. Meski begitu, ia melihat hal positif yang paling nyata adalah semangat mahasiswa untuk berkompetisi meski MOC digelar secara dalam jaringan (daring).
“Momen ini bisa menjadi kesempatan mereka bersilaturahmi dengan mahasiswa dari kampus lain dan bisa melihat dan belajar kelebihan fakultas kedokteran lainnya,” imbuh Amir.
Soal wacana akan diselenggarakannya kompetisi internasional, menurut Amir, harus disikapi para mahasiswa kedokteran sejak saat ini.
“Mereka sudah harus mempersiapkan dari sekarang kalau ingin mengikuti kompetisi mendatang. Mereka harus belajar, diskusi, dan melakukan kompetisi dari tingkat kampus,” jelasnya.
Mengingat, ke depannya kompetisi ini akan melibatkan peserta asing, Amir berharap para peserta lokal mulai mempersiapkan keterampilan berbahasa Inggris mereka.
“Selain itu juga penting sekali untuk kita mengumpulkan lebih banyak soal dan mendapatkan juri lebih awal agar lebih siap dalam penilaian,” pungkas Amir.(faz/tin)