Yudi Latief Cendekiawan dan Pemikir dalam bidang Keagamaan dan Kenegaraan menegaskan, jika ada ideologi alternatif di luar pancasila yang muncul, sebenarnya hal tersebut harus dipahami sebagai kritis atas penyelenggaraan negara.
Negara harus terpanggil untuk memperbaiki tiga aspek sekaligus, yaitu tata nilai, tata kelola, dan tata materialnya.
“Kalau pancasila sungguh dibumikan secara efektif, tata nilai kita diajarkan secara benar, tata negara diperbaiki, tata material sejahteranya ke arah keadilan, mestinya ideologi alternatif itu tak punya tenaga,” ujar Yudi Latief usai menjadi pembicara pada diskusi Titik Temu yang digelar Unair pada Rabu (20/11/2019).
Ia yakin, jika kehidupan di Indonesia sudah rukun, adil, dan damai, masyarakat tak akan tertarik untuk keluar dari Pancasila dan mencari ideologi lain.
Senada, Muhammad Nasih Rektor Unair mengatakan, pembangunan manusia Indonesia yang berdasarkan Pancasila penting agar masyarakat memiliki titik temu yang kurang lebih sama.
“Sesungguhnya, ada kondisi normal, bangsa yang rakyatnya banyak, ada pada posisi yang lazim, di tengah yang banyak, satu dua di ekstrim kanan, satu dua di ekstrim kiri, itu kan posisi yang sesungguhnya wajar saja. Kita tidak ingin yang ekstrim kiri atau kanan dalam kurva normal itu, akan membesar sehingga kurvanya tidak normal lagi. Dan itu harus ditemukan dalam satu forum satu pemikiran,” jelasnya.
Sebagai informasi, selain Yudi Latief, hadir juga beberapa tokoh nasional dalam acara ini seperti KH. Ahmad Ishomuddin Rais Syuriah PBNU, Dr. Abdul Mu’ti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dan Inaya Wulandari Wahid Jaringan Gusdurian. (bas/rst)