Beberapa wilayah di Jawa Timur mengalami kelangkaan solar karena tingginya konsumsi solar yang melebihi 10 persen dari kuota. Madura termasuk wilayah yang terparah.
Rustam Aji Unit Manager Communication Relation dan CSR Maketing Operation Region (MOR) V Pertamina mengatakan, secara umum kuota solar yang disalurkan ke seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur sudah sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah.
Rustam mencontohkan, 4 kota/kabupaten di Madura mendapat kuota tidak sampai 100 ribu kiloliter tiap tahunnya. Tapi sampai awal November ini kuota sudah melebihi 10 persen dari ketentuannya.
“Kalau mau tegas-tegasan, sebenarnya kalau jatahnya habis ya sudah. Tapi kan kami berusaha memahami bahwa solar ini menjadi kebutuhan masyarakat. Termasuk kendaraan angkutan barang yang menggerakkan perekonomian. Kami tetap salurkan tapi agar lebihnya tidak membesar kami tetap kendalikan,” kata Rustam pada Radio Suara Surabaya.
Dengan kelangkaan ini, kata Rustam, khusus wilayah Madura sudah diputuskan untuk menambah kuota solar sampai 20 persen. Ini berlaku mulai Kamis (14/11/2019) ini sampai 2-3 hari ke depan.
“Diharapkan 1-2 hari ke depan sudah mulai recovery. Kami imbau pada masyarakat untuk tidak panik karena stok aman. Tapi kuotanya diatur agar kelebihannya tidak makin banyak,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Rustam, kuota solar year on year di Jatim sampai November ini umumnya sudah melebihi 10 persen. “Setiap daerah berbeda-beda dan yang termasuk paling besar di Madura,” katanya.
Kalau secara bulan per bulan, kata Rustam, kuota memang sudah berlebih. Meskipun ada beberapa daerah yang belum sampai batas kuota yang ditentukan. “Kita atur, jika ada kuota di kabupaten/kota lain yang pengendaliannya lebih selektif dengan daerah yang rawan dengan penyalahgunaan solar,” katanya.
Pengendaliannya, lanjut Rustam, tidak kaku dan sesuai dengan laporan di lapangan. “Perak Surabaya dan Madura kita kembalikan penyaluran rata-rata 340-350 kiloliter perharu. Mulai hari ini kita kembalikan tambah 20 persen di atas normal. Harapannya hari ini atau besok sudah mulai normal lagi pasokannya,” ungkapnya.
Karena, kata Rustam, jika ada kuota berlebih dan tidak diganti pemerintah jadi Pertamina yang memberi subsidi. Di satu sisi, Pertamina akan melaporkan ke pemerintah terkait kondisi di lapangan.
“Untuk mengatasi kelangkaan solar, beberapa daerah berkirim surat ke BPH Migas atau kementerian ESDM untuk minta tambahan kuota solar. Tapi posisi Pertamina sebagai operator bukan untuk meminta tapi kami hanya menerima penugasan pendistribusian. Jadi tinggal menunggu jawaban dari pihak terkait apa dikabulkan atau kuota tetap tapi dikendalikan,” katanya.
Pertamina juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu pengawasan mengantisipasi adanya indikasi penyalahgunaan solar. “Seperti sebelumnya sudah ada regulasi dari pemerintah terkait pihak yang berhak dan tidak berhak menerima BBM bersubsidi. Jadi kami butuh bantuan aparat untuk membantu pengawasan dan penegakan hukum jika ada indikasi penyalahgunaan penggunaan solar,” pungkasnya.
Sebelumnya, beberapa pendengar Radio Suara Surabaya melaporkan terkait kelangkaan solar. Di beberapa SPBU dilaporkan terjadi antrean pengisian bahan bakar solar karena di beberapa SPBU kehabisan solar. Diantaranya di Madura, Gresik, Surabaya dan Sidoarjo. (dwi/ipg)